Selasa, 03 Februari 2009

PERJUANGAN MEMBELI RUMAH PERTAMA

Setelah berhasil membiasakan diri untuk disiplin menabung, saya mulai kepikiran untuk bisa punya rumah sendiri. Dari awal nikah, saya dan suami memang sudah sepakat kalau yang harus kami miliki pertama kali adalah rumah, bukan mobil. Soalnya kalau sudah punya rumah sendiri kan tenang, ada tempat berteduh dan nggak pusing pindah-pindah kontrakan. Lagian dari segi investasi juga lebih menguntungkan. Jarang banget denger ada harga rumah turun, sementara kalau mobil baru, begitu keluar dari show room aja harganya langsung jatuh...

Tahun 2001 akhir, saya dan suami naksir rumah di Bintaro (LT/LB 96 m2/50m2) seharga Rp 181 juta-an. Dengan DP 30%, saya harus siap uang muka Rp 54 juta (belum termasuk biaya akad kredit, asuransi, dan surat-surat) dan bersiap terikat cicilan 10 tahun sebesar Rp 2,1 juta-an dengan asumsi bunga KPR 20% setahun. Waktu itu bunga KPR memang masih tinggi.

Awalnya saya pikir mustahil banget saya bisa beli rumah itu, dengan cara KPR sekalipun. Gaji kami berdua cuma Rp 3 juta sebulan. Nggak masuk akal kan kalau yang Rp 2,1 juta-nya harus disisihkan untuk mengangsur cicilan? Sepuluh tahun lagi! Tapi berdasarkan banyak pengalaman sebelumnya, dimana saya selalu berhasil lolos dari 'lubang semut' (hidup dengan gaji pas-pasan tapi nggak pernah kekurangan dan selalu berhasil menyisihkan sebagian untuk ditabung), saya dan suami nekad mengambil rumah itu. Kebetulan saya sudah punya tabungan Rp 30 juta-an dan DP bisa dicicil sampai 3 kali (3 bulan). Saya percaya, kalau niat kami baik dan mau kerja keras mewujudkan impian, pasti akan ada saja jalannya.

Untuk menutup DP dan biaya surat-surat, kami bekerja lebih keras dan mati-matian mengencangkan ikat pinggang. Saya jadi lebih rajin bikin cerpen dan artikel untuk dikirim ke majalah serta tulisan-tulisan lain yang menghasilkan uang. Suami juga lebih sigap menangkap side job berupa proyek-proyek desain. Ajaibnya, begitu kami mantap membeli rumah, rejeki mengalir seperti air. Ada saja job yang mampir, sehingga dalam waktu relatif singkat kami bisa mengumpulkan uang untuk membayar DP dan biaya surat-surat.

Lega? Belum.. Ternyata permohonan KPR kami ditolak bank. Bank memang punya penilaian sendiri sebelum setuju untuk memberikan fasilitas KPR kepada seseorang. Dan kami dianggap kurang memenuhi syarat (hitung-hitungannya, maksimal cicilan nggak boleh lebih dari 1/3 gaji). Saya langsung pindah ke bank lain, tapi karena dimana-mana kebijakan bank mirip-mirip, lagi-lagi saya menemui kendala.

Akhirnya ada juga bank yang mau memberi kredit, tapi cuma Rp 100 juta. Itu artinya kami harus punya uang Rp 27 juta-an lagi untuk menutup kekurangan DP. Buat kami, uang segitu bukan jumlah yang sedikit. Pusing banget, karena saat itu kami jadi berada di posisi maju kena mundur kena. Kalau mau diterusin, nggak punya duit. Dibatalin, kami bakal kena denda dari pihak pengembang yang jumlahnya juga nggak sedikit (kalo nggak salah sekitar 20% dari uang yang sudah kami bayarkan). Lumayan gede kan?

Berbekal surat persetujuan kredit dari bank (yang cuma mau ngasih kredit Rp 100 juta itu), saya dan suami datang ke kantor pemasaran perumahan yang akan kami beli dan minta keringanan untuk mencicil kekurangan DP yang Rp 27 juta. Akhirnya kami diberi tempo 3 bulan –yang akhirnya molor jadi 5 bulan :p- untuk melunasi Rp 27 juta itu… Yuk mari, kerja keras lagiiii… Syukurlah, akhirnya kami berhasil menutup kekurangan DP meski siang malam jadi harus banting tulang hahaha…

Setelah dijalani, mengangsur rumah Rp 1,8 juta sebulan (iya, jadi 1,8 juta karena DP-nya saya tambah Rp 27 juta) ternyata nggak bikin saya sengsara-sengsara amat. Memang sih saya jadi harus sangat berhemat, apalagi saya sempat berhenti kerja setelah putra saya lahir. Untunglah suami selalu punya penghasilan tambahan dari side job dan saya punya kemampuan menulis yang bisa menghasilkan uang.

Yah, memang selalu ada harga yang harus dibayar untuk memperoleh sesuatu yang kita inginkan. Meskipun perjuangannya berat dan saya masih harus mencicil selama sekian tahun, setidaknya saya sudah berhasil punya rumah sendiri. Buat saya itu sebuah pencapaian besar yang patut disyukuri... :-)

5 komentar:

  1. salam kenal ya mbak..

    saya lagi majumundur nih, mo ngambil rumah di dekat Bintaro (pengembangnya bukan Bintaro). tapi ya banyak ragunya karena takut keberatan dsb, dsb, mana bentar lg mau lahiran anak pertama hehehe.. seneng banget nyasar ke blog ini krn dikitdikit jadi makin yakin kalo emang harus berani dan nekat ya mbak beli rumah?

    klo boleh cerita dikit, rumah yg saya incer ini ada di cluster kecil gitu, udah ada 20 rumah krn udah berpenghuni dr taun 2008 dan kami kebagian salah satu dr 3 kaveling sisa. menurut mbak gimana? apakah bs dipercaya atau enggak ya?

    klo boleh, mau tipsnya dong mbak mengenai apa aja yg perlu dicermati saat beli rumah selain KPRnya..

    makasih banyak sebelumnya.. :)

    BalasHapus
  2. Halo, senang banget baca blog km, kebetulan gw sedang susun rencana keuangan untuk beli rumah juga.

    Keep writing, cerita km benar2 memberi gw semangat untuk menjalankan kegiatan menabung.

    BalasHapus
  3. artikelnya sangat membantu, memberikan pencerahan untuk siapa saja yang bingung dalam mengelola keuangan,
    saat ini saya baru diterima di salah satu perusahaan konsultan di jakarta, sudah hampir 2 bulan saya bekerja disana dan penghasilan saya per bulan 3,5 jt.
    di jakarta saya tinggal "ngekos" deket2 kantor (ceritanya biar bisa hemat, hehe) tapi di awal bulan saya terkadang bingung untuk mengelola keuangan saya sebulan kedepan, jika dihitung2 pengeluaran saya dalam satu bulan +/- 1,5 juta. Jadi untuk urusan menabung sepertinya saya bisa mengalokasikan 2jt /bulan.
    Yang ingin saya tanyakan apakah perbandingan kebutuhan saya perbulan dengan alokasi tabungan saya sudah cukup baik?
    trims sblmnya..

    BalasHapus
  4. inspiratif tulisanya mba..
    ya walaupun gw masih kuliah ...
    seengganya nanti pada saat lulus udah punya gambaran perjuangan yang harus di tempuh setelah lulus nanti hehe

    btw i realy like this blog

    BalasHapus
  5. 😎 Bergaya Sambil Mencari Pahala, Kenapa Tidak 😎
    .
    Dengan Kaos Dakwah dari Gootick Apparel yang akan membuat penampilan teman-teman pasti berbeda dari yang lain 😍😍😍
    .
    Dengan bahan Material dari Catton Bamboo yang memiliki kualitas tidak perlu di ragukan dan Sablon yang Rapih dan Kuat. Baca Terlebih dahulu kelebihan dari Cotton Bamboo

    Tersedia 5 tulisan bermakna Islami dan pilihan warna yang pastinya cocok di pakai untuk kegiatan sehari-hari yang akan terlihat Elegan dan Simple, Rapih dan Pastinya Keren.
    .
    "Promo HEMAT" Harga Normal Rp.100 K dan dapatkan potongan diskon harga sebesar Rp. 30 K.
    .
    Untuk informasi pemesanan silahkan klik link dibawah ini:

    Jual Kaos Dakwah
    Testimoni di >>>Instagram<<<:
    .
    Tunggu apalagi Langsung Ambil Promonya selagi masih Tersedia


    Mau Cari Bacaan Cinta Generasi Milenia Indonesia mengasikkan, disini tempatnya:
    Fashion

    BalasHapus