Rabu, 29 Februari 2012

CERITA BUKU KEDUA; PENGUSAHA ROCK N ROLL

Saya lagi produktif nih. Di tengah kesibukan menyiapkan HUT ke 8 GitarPlus, saya masih sempet-sempetnya ngebut menyelesaikan naskah untuk calon buku kedua saya yang berjudul ‘Pengusaha Rock n Roll’. Kenapa ‘Pengusaha Rock n Roll’? Soalnya isinya memang cerita-cerita pengalaman saya menjadi pengusaha yang menjalankan usaha dengan gaya rock n roll.

Sejak awal jadi pengusaha, saya sadar kalau cara saya berbisnis berbeda dengan orang kebanyakan. Saya nggak ragu menabrak pakem-pakem standar, mendobrak hal-hal yang dianggap normal, dan melakukan sesuatu yang nggak biasa. Selama nggak melanggar hukum negara dan hukum agama, biarin aja. Soalnya sejak awal saya sudah memulai usaha dengan cara yang nggak standar sih. Nggak punya modal besar, nggak punya latar belakang sebagai pengusaha, eh masih ditambah nggak memahami bidang usaha yang akan saya tekuni. Sungguh perpaduan yang sip markusip kan? :D

Dalam perjalanan jadi pengusaha, saya juga mengalami banyak tantangan, sering harus melewati jalan yang terjal berliku, dan nggak terhitung berapa kali jatuh bangun sampai babak belur. Tapi seburuk apa pun situasi yang saya hadapi, saya nggak pernah putus asa dan patah semangat. Kalau gagal ya diulangi lagi, kalau jatuh ya tinggal bangkit lagi. Saya menjalankan bisnis saya dengan serius, nekat, tapi santai. Seperti kutipan di sampul buku pertama saya, ‘Bermain Dengan Uang’, saya meyakini bahwa ‘ketika uang berputar, ada banyak faktor yang ikut berperan. Uang datang dan hilang tak bisa sepenuhnya kita kendalikan. Jadi, santai dan mainkan saja’. Iya, ngapain pusing-pusing amat mikirin segala masalah yang dihadapi sebagai pengusaha? Santai, mainkan dan nikmati aja!

Kembali ke buku ‘Pengusaha Rock n Roll’, di akhir Januari, naskah calon buku itu sudah selesai saya tulis. Saya berharap ‘Pengusaha Rock n Roll’ bisa terbit bertepatan dengan perayaan HUT ke 8 GitarPlus yang akan saya rayakan pada 22 Februari, tapi ternyata penerbit yang menerbitkan buku pertama saya nggak bisa memenuhi keinginan saya.

Nggak diduga-duga, hanya 2 minggu menjelang perayaan HUT ke 8 GitarPlus yang saya tetapkan di Mario’s Place Menteng, ada penerbit lain –Tangga Pustaka- yang tiba-tiba menghubungi saya dan menawarkan diri untuk menerbitkan naskah saya, dan sanggup menyelesaikannya sebelum tanggal 22 Februari. Ya sudah, hajar! Saya langsung pindah penerbit karena pasti lebih seru kalau buku ‘Pengusaha Rock n Roll’ yang berisi cerita-cerita pengalaman saya mengelola usaha di bidang musik, termasuk Majalah GitarPlus dan event-event-nya, bisa diluncurkan bertepatan dengan perayaan HUT ke 8 Majalah GitarPlus.

Naskah bukunya memang sudah jadi semua. Tapi pelengkap buku seperti foto-foto pendukung, Kata Pengantar, Ucapan Terima Kasih, Endorsement dari pembaca, profil penulis dan lain-lain sama sekali belum saya siapkan. Belum lagi cover-nya, sama sekali belum siap konsepnya. Jadilah, saya pontang-panting menyelesaikan semua itu di sela-sela waktu menyiapkan acara HUT GitarPlus. Beberapa hari saya mendadak kurang tidur tuh gara-gara diuber-uber Mas Andiek, editor Tangga Pustaka, yang semangat banget ingin mewujudkan impian saya menerbitkan buku sebelum tanggal 22 Februari.

Dalam hal ini saya beruntung banget punya banyak teman baik yang rela membantu saya. Mas Cahyo Baskoro, teman kuliah suami saya berbaik hati membuatkan gambar karikatur untuk cover buku. Pengen tau kayak apa cover buku saya nantinya? Nih, keren kan? :p


Mas Adi Wirantoko, fotografer GitarPlus, ikutan repot memotret saya untuk melengkapi foto-foto pendukung di dalam buku. Ini nih salah satu foto karya Mas Adi :


Mudya, Editor in Chief GitarPlus, menyumbang endorsement untuk buku saya. Mau tau komentar Mudya tentang buku saya? Nih, saya kasih bocorannya :

'Sejak pertama kali mengenal Mbak Intan -begitu saya memanggilnya- saat kami memulai penggarapan Majalah GitarPlus delapan tahun lalu, di mata saya beliau sudah menunjukkan semangat tempur yang tinggi sebagai pengusaha muda, walaupun dengan 'nafas' finansial yang bisa dibilang sangat tidak lentur. Saya menyaksikan sendiri bagaimana usaha yang dijalankannya terlihat fluktuaktif dan cukup 'menegangkan' dari tahun ke tahun. Gayanya memang rock n roll, kerap tanpa sungkan mendobrak prosedur, tapi banyak hal yang dilakukannya dilatari perhitungan matang serta kejelian melihat peluang. Itulah kelebihannya. Saya bangga menjadi bagian kesuksesannya (SA Pralim Mudya, Pemimpin Redaksi GitarPlus'


Karena waktu yang sangat mepet, saya juga sempat bikin pusing beberapa teman gitaris yang saya ‘todong’ untuk memberi endorsement untuk calon buku saya.

“Iya, nanti saya pikir-pikir dulu ya. Memang kapan deadline-nya?” tanya salah seorang gitaris ternama yang saya minta endorsement-nya.

“Dua hari yang lalu, Mas. Makanya, buruan sekarang aja ngasih endorsement-nya,” jawab saya setengah memaksa. Saya memang bener-bener teman yang nggak sopan. Udah minta tolong, maksa pula! Hahahaha..

Untung temen saya baik-baik. Dalam waktu sehari semalam, saya berhasil mengumpulkan 35 komentar, sebagian besar di antaranya adalah dari gitaris. Beberapa gitaris yang ikut memberi endorsement untuk buku saya di antaranya I Wayan Balawan, Rama Nidji, Pepe 'Wong Pitoe', Bengbeng 'Pas Band', Eet Sjahranie, Dewa Budjana, Jubing Kristianto, John Paul Ivan, Pupun RoR-D'Bandhits, Andry Muhammad, Andy Owen, Aji Broken Bones, Stanley Tulung, Toto Pirngadi, Sidi DeLV, dan masih banyak lagi. Dalam waktu kurang lebih 10 hari, proses penerbitan buku kedua saya pun selesai. Ayo, tepuk tangan semua! Hehe..

Launching buku yang saya rencanakan berbarengan dengan perayaan HUT ke 8 GitarPlus pun akhirnya bisa terlaksana. Pada hari itu, di tengah kemeriahan pesta HUT ke 8 GitarPlus, Direktur AgroMedia Pustaka, Hikmat Kurnia, memberikan cinderamata berupa buku ‘Pengusaha Rock n Roll’ yang dipigura untuk menandai launching buku kedua saya.


Teman-teman yang pengen tahu lebih banyak tentang isi buku saya, silakan langsung merapat ke Gramedia atau toko buku terdekat yaa..

Sabtu, 25 Februari 2012

FEBRUARI CERIA

Belakangan ini, hidup saya penuh kejutan yang menyenangkan. Di bulan Februari ini, misalnya. Terlepas tanggal 14 Februari sebagian orang merayakan Valentine’s Day, buat saya pribadi bulan Februari memang bulan penuh cinta. Kenapa? Karena saya jadian sama suami tercinta (dulu masih pacar) 20 Februari 1999, menikah 11 Februari 2001, dan melahirkan Hugo 16 Februari 2002. Jadi, di bulan Februari 2012 ini saya merayakan banyak peristiwa penting dalam hidup saya. Betul-betul bulan yang sip markusip kaaan...

Nah, Februari 2012 ini juga menjadi penting buat saya karena untuk pertama kalinya saya berencana merayakan HUT ke 8 GitarPlus. Pertama kali? Iya, seumur-umur menerbitkan GitarPlus, saya memang belum pernah sekalipun merayakan ulang tahunnya dalam pesta beneran. Biasanya dirayakan sederhana antar karyawan aja dengan makan bersama dan tiup lilin. Tapi tahun ini kan GitarPlus 8 tahun. Pengen dong sekali-sekali dirayakan dengan lebih meriah. Apalagi mengingat GitarPlus berhasil eksis dan bahkan makin berkibar, di saat banyak majalah musik lain yang justru berguguran.

Saya memilih tanggal 22 Februari sebagai waktu untuk perayaan HUT GitarPlus. O ya, ulang tahun GitarPlus sendiri sebetulnya jatuh pada tanggal 15 Januari lalu. Tapi karena berbagai pertimbangan, perayaannya baru akan diadakan 22 Februari. Setelah ketemu tanggal yang pas, mulailah saya sibuk mempersiapkan acara mulai dari menggandeng sponsor, mengatur jadwal dengan bintang tamu yang akan mengisi acara, tempat penyelenggaraan acara, undangan, mengurus konsumsi dan sebagainya.

Tim redaksi yang dikomandani oleh Mudya pun mempersiapkan Majalah GitarPlus edisi ulang tahun secara khusus. Untuk cover, misalnya, di edisi ini Mudya menetapkan gitaris-gitaris yang pernah menjadi kontributor di Majalah GitarPlus yang akan dimunculkan. Sebetulnya banyak gitaris yang pernah mengisi rubrik di GitarPlus, tapi karena sulit mempertemukan semuanya dalam satu jadwal, akhirnya pada tanggal yang ditentukan hanya ada 5 gitaris yang berhasil dikumpulkan; Eet Sjahranie, Andy Owen, Jubing Kristianto, Ezra Simanjuntak, dan John Paul Ivan. Buat yang belom tau, inilah tim kecil Majalah GitarPlus :


Pemotretan cover rencananya dilakukan di redaksi GitarPlus, Jl. Maleo IV JB 3 No. 1 Bintaro Sektor 9 pada hari Minggu, 5 Februari 2012. Sehari sebelum hari pelaksanaan foto cover itu, saya mendadak teringat kalau 3 Februari-nya Mas Eet berulang tahun yang ke 50. Saya langsung kepikiran untuk memberi kejutan buat Mas Eet dan langsung mengabari Mudya soal ide itu. Mudya setuju, lalu segera mengabari teman-teman yang lain. Yang sempat, silakan datang ke Redaksi GitarPlus untuk ikut meramaikan suasana. Ternyata yang datang lumayan banyak. Selain 5 gitaris yang akan difoto untuk cover, juga ada Pupun RoR dan Rara istrinya, Tyo Zi Factor, Medi Suckerhead, Puguh Kribo, Iwan Cummie, Fajar dan Rizal perwakilan dari Paguyuban Gitaris Jogja yang kebetulan lagi beredar di Jakarta, Eben Andreas dan Lucky dari Bekasi, dan masih banyak lagi. Saya memang senang mengumpulkan gitaris dan sepertinya saya berbakat ‘ngomporin’ gitaris untuk ngumpul. Seru aja hehe..

Inilah suasana perayaan HUT Mas Eet yang disiapkan hanya dalam waktu sehari


Dan inilah hasil foto cover untuk majalah edisi HUT ke 8 GitarPlus :


Di tengah persiapan perayaan HUT GitarPlus, saya ditelepon oleh Mbak Inez dari program Coffe Break TV One. diundang menjadi nara sumber di acara yang ditayangkan setiap hari Senin-Jumat jam 10.00 – 11.00. Ini pengalaman pertama saya tampil di TV nasional. Ketika ditelpon oleh Mbak Inez, saya langsung kepikiran untuk membagi kebahagiaan dengan mengajak teman-teman yang lain ikut tampil di program ini. Atas persetujuan pihak TV One, akhirnya saya mengajak Mudya (Editor In Chief Majalah GitarPlus) dan Aji Broken Bones (Ketua Indonesian Guitar Community) untuk menemani tampil sebagai narasumber (soalnya pengetahuan musik saya pas-pasan banget. Nanti kalau ditanya yang susah-susah kan jadi ada yang bantuin jawab ;p).

Saya juga mengajak 2 gitaris, yaitu Pupun RoR-D’Bandhits dan Andy Owen untuk ikut tampil bermain solo gitar. Tujuannya, saya ingin menunjukkan pada masyarakat umum kalau penampilan solo gitar saja bisa menjadi tontonan yang asyik dan menghibur. Ya, siapa tau aja setelah Pupun dan Owen main solo gitar di TV, nantinya bakal ada program-program TV lain yang berminat mengundang gitaris untuk tampil di TV.

Pupun memainkan lagu 'Playing with the money' yang khusus diciptakannya untuk launching buku saya 'Bermain Dengan Uang' di acara Coffe Break TV One

Dan beginilah suasana live interview di program Coffe Break TV One yang diambil di Epicentrum Walk Kuningan.


Kembali ke HUT GitarPlus, akhirnya perayaan ulang tahun dengan tema ‘8 Years of Dedication’ itu berjalan dengan lancar dan meriah. Gitaris yang tampil sebagai bintang tamu malam itu adalah I Wayan Balawan, Bengbeng Pas Band, Aria Baron, Piyu, Coki Netral, Adrian Adioetomo, Jubing Kristianto, Pupun RoR, Ezra Simanjuntak, John Paul Ivan, Andy Owen. Pemain bass yang ikut tampil adalah Ahmad Sebastio, drummer Anton Canga, dan ada 3 band berorientasi pada gitar yang ikut tampil, yaitu RoR, Zi Factor dan Noxa.


Teman-teman dari Indonesian Guitar Community yang dikomandani Aji Broken Bones ikut hadir meramaikan suasana.


Berita tentang acara HUT GitarPlus muncul di berbagai media, baik cetak maupun online. Di antaranya Koran Republika, Antara News, Rollingstone.com, Femina online, centroone.com dan lain-lain.

Liputan acara Specta Guitar 8 Years of Dedication di Koran Republika

O ya, gara-gara bikin acara ini saya jadi kepikiran untuk mulai aktif di twitter. Sebetulnya saya punya akun twitter udah lama, sejak 16 Mei 2011. Tapi selama ini saya diemin aja tanpa follower dan saya hampir nggak pernah ngetwitt. Sejak 23 Februari 2012, saya mulai aktif ngetwitt di twitter. Yang mau follow saya boleh loooh.. Akun twitter saya @intangitarplus yaaa... :)

Rabu, 01 Februari 2012

SAYA NGGAK TAKUT MEMBUAT SESUATU YANG BERBEDA

Saya nggak takut membuat sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang orang lain nggak kepikiran untuk mencobanya. Atau mungkin sebetulnya kepikiran, tapi ogah melakukannya karena berbagai pertimbangan. Bikin Majalah GitarPlus, misalnya. Sampai saat ini, GitarPlus masih menjadi majalah pertama dan satu-satunya di Indonesia yang khusus mengulas seluk beluk dunia gitar dan gitaris. Nggak ada penerbit lain yang tertarik membidik pasar ini karena segmentasinya yang sempit. Tapi saya membuatnya dengan misi yang sangat idealis, seperti yang pernah saya ceritakan di tulisan saya yang dimuat di buku, ‘Bermain Dengan Uang’. Bikin majalah yang segmented, kita sulit berharap bakal mengeruk keuntungan besar dalam sekejap, kecuali kalau sebelum menerbitkan majalahnya kita sudah betul-betul memegang pasarnya dan menguasai jaringan pemasang iklannya. Dan gilanya, dua hal itu sama sekali nggak saya miliki di awal-awal saya menerbitkan GitarPlus. Modal saya cuma nekat dan hajar bleh doang!


Saya nekat bikin Majalah GitarPlus, majalah gitar pertama di Indonesia


Bisa ditebak, perjuangan saya menerbitkan GitarPlus diwarnai adegan berdarah-darah dan nyungsep-nyungsep nggak karuan. Untunglah saya menikmatinya, menganggapnya sebagai bagian dari proses belajar yang harus saya jalani untuk menjadi pengusaha yang lebih baik dan lebih memahami bisnis ini. Biarpun bolak-balik jatuh, keinjek-injek, nyungsep, kebentur-bentur sampai babak belur, saya selalu berusaha bangun lagi dan nggak mau menyerah sebelum memenangkan pertempuran. Sampai kemudian akhirnya saya ketemu celahnya dan berhasil membuktikan bahwa majalah dengan segmentasi sempit seperti GitarPlus bisa juga eksis dan diakui keberadaannya di kalangan gitaris dan penggemar gitar di Indonesia, bahkan di beberapa negara di dunia.

Begitu juga saat membuat event gitar-gitaran. Selama ini sebetulnya banyak distributor alat musik yang membuat acara gitar, tapi formatnya lebih ke klinik demo produk yang bertujuan untuk mempromosikan sebuat produk alat musik tertentu. Kalau bukan klinik demo produk, acara gitar-gitaran biasanya berbentuk konser. Saya nekat memadukan keduanya. Ada sessi tanya jawab interaktif seperti di klinik demo produk –tapi pertanyaannya lebih luas, tidak hanya seputar seputar alat musik. Ada kesempatan untuk saling sharing seputar dunia gitar antara bintang tamu dan penonton. Dan ada penampilan para gitaris di panggung yang diselingi games berhadiah yang membuat suasana akrab dan hangat. Untuk acara Pesta Gitaris ‘Guitar For Fun’, saya bahkan memberlakukan tiket masuk untuk setiap penonton yang ingin menikmati acara ini. Sebuah ide yang membuat saya dianggap ‘ajaib’ oleh banyak orang karena acara klinik gitar biasanya gratis, bahkan ketika bintang tamunya adalah gitaris dunia seperti Paul Gilbert, Kiko ‘Angra’, Herman Lee ‘Dragon Force’, Jeff Loomis, Mattias IA Eklund, dan lain-lain.

Saya akui, pada awalnya banyak pihak yang sulit menerima konsep acara yang saya sodorkan. Distributor alat musik biasa membuat acara sendiri, khusus untuk mempromosikan satu atau beberapa merk alat musik yang bernaung di bawah perusahaan yang sama. Nggak ada ceritanya gitar merk A klinik produk bareng ampli gitar merk B, misalnya. Tapi di acara yang saya buat, saya mengajak beberapa distributor untuk ikut berpartisipasi men-support acara. Yang ada saya ditolak, dicuekin, dan diketawain. “Masa klinik bareng kompetitor?” ujar beberapa teman dari distributor alat musik di awal-awal saya membuat konsep ‘Guitar For Fun’.

Langsung saya jawab, “Tolong sudut pandangnya diubah dulu ya. Saya bikin acara yang mengumpulkan banyak gitaris. Yang tampil di panggung gitaris, penontonnya juga gitaris dari berbagai komunitas gitar di kota itu. Saya menawarkan ke perusahaan Anda untuk berpromo di acara ini karena menurut saya acara ini adalah tempat yang tepat untuk promosi produk alat musik, khususnya yang berhubungan dengan gitar. Kalau nggak mau, Anda rugi sendiri karena kompetitor Anda berpromo di situ.”

Nggak gampang meyakinkan orang untuk setuju dengan pola pikir dan cara pandang saya. Apalagi yang saya tawarkan adalah sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada sebelum-sebelumnya. Tapi saya yakin dengan apa yang saya lakukan. Biarpun dicuekin dan diketawain, saya maju terus dengan keyakinan saya. Sejalan dengan waktu, terutama setelah saya bisa membuktikan bahwa acara yang saya buat memang bagus dan bermanfaat bagi gitaris serta pihak-pihak yang berkepentingan di dunia gitar, akhirnya pelan-pelan beberapa distributor alat musik bisa menerima konsep yang saya tawarkan, bahkan kemudian ikut berpartisipasi men-support acara tersebut secara bersamaan. Saat ini, penyelenggaraan event Pesta Gitaris ‘Guitar For Fun’ selalu disupport oleh beberapa distributor alat musik.

Setelah pihak-pihak yang berkecimpung di dunia musik bisa menerima dan memahami konsep acara yang saya buat, saya tertantang untuk meyakinkan pihak lain di luar dunia musik. Bagi orang awam yang bukan penggemar gitar, acara gitar-gitaran seringkali dianggap kurang menarik dan menghibur. Apa serunya beberapa gitaris ganti-gantian tampil di panggung? Beberapa perusahaan besar yang saya kirimi proposal untuk diajak kerja sama sponsorship rata-rata mempertanyakan, di mana sisi komersilnya acara ini?


Siapa bilang acara gitar doang nggak menarik? Nih, buktinya penontonnya sebanyak ini!


Tapi saya pantang menyerah. Ditolak di satu perusahaan, saya coba ke perusahaan yang lain. Proposal saya nggak ditanggapi, saya kirim lagi proposal ke lebih banyak perusahaan lain. Saya selalu berpikir positif bahwa konsep yang saya buat tidak jelek. Kalau tawaran kerja sama saya ditolak mungkin hanya karena kurang cocok dengan perusahaan yang saya ajak kerja sama. Saya yakin dengan apa yang saya lakukan dan tekun memperjuangkannya, nggak peduli orang bilang apa. Lama-lama ada juga tuh hasilnya. Akhirnya ada sebuah perusahaan yang rajin mensponsori acara gitar-gitaran saya yang awalnya dianggap kurang menarik.

Membuat sesuatu yang berbeda memang nggak mudah. Butuh kreatifitas dan keberanian lebih untuk memulainya, serta ketekunan dan keyakinan untuk menjalaninya sebelum akhirnya apa yang kita buat bisa diterima oleh orang-orang di sekitar kita. Sulit pada awalnya, tapi kalau sudah terbukti hasilnya tentu akan memberikan kepuasan yang berbeda juga. Dan saya memilih melakukan yang beda itu karena kalau hanya selalu melakukan yang biasa-biasa saja saya akan jadi begitu-begitu saja. Dengan penuh kesadaran saya memilih jalan yang sempit dan sulit untuk menjadi berbeda daripada melaju di jalan yang sering dilalui orang hanya untuk menjadi sama dengan yang lain. Dan saya percaya, Majalah GitarPlus serta acara gitar-gitaran yang saya buat bisa bertahan sampai sejauh ini justru karena berbeda dengan yang pernah ada.