Minggu, 30 Januari 2011

PELUANG SEBETULNYA ADA DIMANA-MANA (1)

Beberapa minggu belakangan ini dagangan saya nambah lagi. Di depan studio merangkap toko alat musik saya 'nangkring' dengan manisnya mesin pembuat kopi otomatis. Dengan memasukkan uang logam Rp 500 sebanyak 5 buah, pelanggan toko dan studio bisa memilih minuman hangat yang disukainya; mau kopi 3 in 1 atau cokelat panas. Ternyata peminatnya lumayan. Tiap hari ada aja yang beli kopi atau cokelat panas, entah karena memang doyan atau cuma pengen nyobain 'mainan baru' itu. Yang pasti, rata-rata per hari saya bisa jual 30-50 cup minuman hangat ini.

"Kok bisa-bisanya sih di GH Music ada mesin kayak gini?" Tanya salah seorang pelanggan toko saya.

"Ya bisa doong.." Jawab saya sambil cengar-cengir. Geli juga kalo mengingat-ingat awal mula mesin kopi itu bisa nangkring di depan toko -dan memberikan penghasilan tambahan untuk toko saya.

Ceritanya, awal bulan lalu saya dan suami nungguin ibu mertua yang sedang menjalani operasi di salah satu Rumah Sakit di Jakarta. Di ruang tunggu itu saya lihat orang bolak-balik mendatangi mesin kopi otomatis yang terletak di sudut ruangan. Lumayan laris karena saya lihat ada petugas yang beberapa kali datang mengisi kopi dan air minum galon di dalam mesin tersebut. Saya langsung melihatnya sebagai peluang untuk mendatangkan uang, apalagi setelah saya dekati ada nomer telepon costumer care-nya nempel di mesin itu. Saya catat dong..^^

Besok paginya, saya sudah dapat surat penawaran kerja sama dari perusahaan pembuat mesin kopi sekaligus kopinya yang saya lihat dI RS kemarin. Sambil menemani ibu mertua yang masih dirawat di RS, saya merespon penawaran yang diajukan sales mesin kopi itu. Awalnya saya diminta membeli mesin kopi tersebut seharga Rp 6,5 juta, nanti mereka yang akan secara rutin menservis mesin dan mensuplay kopi (bayar lagi untuk beli kopinya, tapi service mesin gratis). Ogah! Orang bantu jualin minuman dingin aja saya dikasih pinjam kulkas gratis 2 pintu, masa jual kopi yang masih terhitung produk baru malah disuruh bayarin mesinnya? Setelah saya nego, akhirnya mbak sales mau meminjamkan mesin itu secara gratis ke saya, dengan syarat di awal saya harus melakukan pembelian kopi dan cup kertas (harus dari mereka) senilai jumlah tertentu dan mereka juga menetapkan minimal pembelian bahan baku setiap bulannya. Wah, pusing juga kalau ditarget harus jual kopi sebanyak itu.. Usaha saya kan toko alat musik, majalah musik dan studio musik. Bukan tukang jualan kopi! :-D


Saya lalu minta bicara dengan atasannya si mbak sales dan ternyata bisa. Langsung deh jiwa marketing saya nongol, si bos saya tawarin kerja sama barter. Saya minta mesin kopi, bubuk kopi, dan cup kertas gratis, sebagai gantinya si tukang kopi ini saya kasih iklan gratis jugaa di Majalah GitarPlus senilai harga yang seharusnya saya bayar di awal kerja sama. Saya untung-untungan aja nawarinnya; dia mau syukur..kalau nggak mau ya udah. Toh saya nggak rugi apa-apa. :p

Ternyata si tukang kopi setuju dengan usul saya. Ya pakai dibujuk-bujuk sedikit gitu deh. Tapi kan memang sebetulnya dia nnggak rugi karena bisa berpromo di majalah saya yang beredar di seluruh Indonesia. Lagian pas juga kan, iklan kopi di majalah musik? Rata-rata musisi doyan ngopi meskipun nggak semuanya juga. Kalau iklan beha tuh, baru nggak nyambung nongol di majalah saya yang mayoritas pembacanya laki-laki dan musisi.. ^^

Jadi begitulah. Dalam waktu relatif singkat, mesin kopi itu udah nangkring di depan toko saya dan menjadi sumber penghasilan baru untuk saya. Berapa sih untung yang saya dapat dari penjualan kopi per cup-nya? Nggak banyak sih.. Tapi dikumpul-kumpulin lumayan juga, bisa buat bayar gaji pegawai toko. Lagian kan semua bahan baku di awal penjualan kopi ini saya dapat gratis (barter iklan). Beberapa bulan ke depan baru saya harus beli kopi bubuk untuk mengisi ulang. Ah, biarin aja.. masih lama ini.. Siapa tahu si bos tukang kopi mau diajak barter iklan lagi, kan jadi bisa dapet kopi gratis lagi hehe..