Senin, 28 Februari 2011

SAYA JUGA PERNAH GAGAL

Saya baru pulang dari Bali, langsung lanjut ke Yogyakarta dan baru dua hari yang lalu balik ke Jakarta. Di travel yang saya tumpangi dari bandara ke rumah, saya ditanya ibu-ibu yang duduk di bangku sebelah, “Pulang kerja atau liburan?” Wah, bingung juga jawabnya. Terus terang saya rada susah membedakan pergi dalam rangka kerja atau liburan karena sudah lama saya menggabungkan keduanya. Saya senang jalan-jalan dan liburan, makanya saya bikin pekerjaan yang bisa bikin saya liburan ke tempat-tempat yang ingin saya kunjungi. Makanya, beberapa tahun terakhir ini saya rajin bikin event untuk promo majalah saya, GitarPlus, karena dengan bikin event, saya jadi punya kesempatan untuk jalan-jalan gratis.. ^^

Salah satu event rutin Majalah GitarPlus yang saya buat namanya ‘GUITAR FOR FUN’. Acara ini. bertujuan merangkul para gitaris, peminat gitar dan pembaca Majalah GitarPlus untuk berkumpul bersama dan berbagi wawasan seputar gitar dengan suasana yang santai dan akrab. ‘GUITAR FOR FUN’ sudah pernah digelar di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan baru 18 Februari lalu di Bali, dengan menampilkan bintang tamu gitaris-gitaris ternama tanah air. Sesuai namanya, konsep acara ini ya untuk senang-senang aja, gabungan antara guitar clinic, talk show, guitar performance, dan games yang dikemas ringan dan menghibur.


Ngejam bareng di akhir acara

Waktu pertama bikin ‘GUITAR FOR FUN’, saya kesulitan cari sponsor yang mau men-support acara ini. Soalnya waktu itu kan belum ada contohnya acara ‘GUITAR FOR FUN’ ini seperti apa. Yang ada saya jadi harus keluar dana untuk biaya penyelenggaraan seperti sewa tempat, bayar honor gitaris yang jadi bintang tamu, bikin materi promosi, dan lain-lain. Tapi nggak apa-apa, namanya juga mau promosi, ya harus siap keluar biaya kan? Toh biaya yang saya keluarkan nggak sebesar kalau saya berpromosi dalam bentuk lain -pasang iklan di surat kabar atau billboard di pinggir jalan, misalnya. Tapi dampaknya dalam hal mendongkrak image dan popularitas GitarPlus sungguh terasa.

Setelah beberapa kali bikin acara serupa, mulai deh ada sponsor yang tertarik untuk membantu mendanai ‘GUITAR FOR FUN’ meskipun jumlahnya nggak besar. Nggak apa-apa, niat awal saya bikin acara seperti ini bukan untuk cari untung kok. Cukuplah asal semua biaya penyelenggaraan acara bisa tertutup, termasuk tiket pesawat, akomodasi, dan semua pengeluaran selama saya mempersiapkan acara ini.. Setidaknya kan saya bisa promosi majalah, liburan gratis, sekaligus dapat kesempatan belajar bikin acara. Untuk belajar sesuatu kan biasanya kita harus bayar. Nah, saya ibaratnya udah dikasih kesempatan belajar gratis, masih dapet bonus liburan pula! Senangnyaa.. :)

Gitaris pendukung acara Guitar For Fun Bali

Sukses bikin ‘GUITAR FOR FUN’ di Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta, saya tertantang untuk menyeberang pulau ke Bali. Alasannya, pembaca Majalah GitarPlus di pulau Dewata ini cukup banyak. Tapi yang lebih penting, saya udah cukup lama nggak ke Bali dan pengen liburan di tempat itu :-p

Gayung bersambut waktu saya menelepon gitaris asal Bali yang kebetulan merupakan salah satu pengasuh rubrik di Majalah GitarPlus. Saat saya melontarkan ide untuk bikin ‘GUITAR FOR FUN’ di Bali, ia langsung merespon dengan baik. “Kalau bisa bikinnya sebelum tanggal 21 Februari karena tanggal segitu saya mau tur keliling Amerika sampai April,” katanya.

Ia bahkan menawari saya untuk memakai rumahnya yang cukup luas sebagai tempat penyelenggaraan acara. Lewat obrolan di telepon, kami memutuskan untuk menetapkan Kamis, 17 Februari 2011 sebagai hari pelaksanaan acara. Awalnya sepertinya semua lancar nih.. ^^

Semangat saya makin menyala-nyala setelah beberapa distributor alat musik yang selama ini rajin ikut ‘GUITAR FOR FUN’ menyatakan kesediaan untuk kembali men-support acara ini. Langsung deh saya mempersiapkan segala sesuatunya, mulai mencari waktu yang tepat, mencocokkan jadwal gitaris yang akan jadi bintang tamu (fiuuhh.. nggak gampang lho menyatukan waktu kosong 7 gitaris beken yang semuanya punya jadwal super sibuk), termasuk mencari sponsor di luar distributor alat musik karena baru kali ini saya bikin ‘GUITAR FOR FUN’ di luar Pulau Jawa yang pastinya butuh biaya yang lebih banyak.

Singkat cerita, salah satu perusahaan rokok tertarik menjadi sponsor acara ini setelah baca proposal yang saya kirim via email. O ya, sebelumnya, perusahaan rokok ini juga sudah beberapa kali mensponsori ‘GUITAR FOR FUN’ dan acara saya yang lain, di kota yang lain juga. Saya diminta datang ke Bali untuk menjelaskan konsep acara ini. Ya sudah, sambil survey lokasi saya langsung terbang berdua suami ke Bali. Lumayan, bisa liburan bareng dua malam  Tapi sampai di Bali ternyata saya disambut berita kurang menyenangkan. Sekitar tanggal 17 atau 18 Februari ternyata gitaris Bali ini dijadwalkan tampil bareng grupnya di Jakarta.

“Maaf lho, saya jadi nggak enak nih sama Mbak Intan,” ujarnya dengan nada menyesal. Ya sudah, mau bilang apa?

Berita buruk kedua, beberapa gitaris calon pengisi acara yang sudah saya hubungi sebelumnya tiba-tiba mengabari nggak bisa ikut karena 17 Februari ada acara lain yang nggak bisa ditinggalkan. Dari awal saya sadar sih kalau masing-masing gitaris itu punya komitmen untuk mendahulukan jadwal band. Tapi tetap saja saya kelimpungan waktu beberapa gitaris yang saya hubungi tiba-tiba mengabari kalau punya jadwal masing-masing di tanggal 17 Februari.

“Kalau tanggal 18-nya saya malah bisa, Mbak,” ujar salah satu gitaris yang saya hubungi untuk menjadi pengisi acara.

Saya tampung usulannya dan segera telepon sana-sini. Ternyata memang lebih banyak gitaris yang bisa di tanggal 18 Februari daripada di tanggal 17 Februari. Hari itu juga saya putuskan untuk pindah tanggal ke 18 Februari, meskipun keputusan itu bikin satu gitaris yang justru kosong di tanggal 17 Februari jadi batal tampil.

Masalah waktu dan gitaris pengisi acara beres, tinggal urusan venue nih. Rumah si gitaris Bali ini sebetulnya asyik dan nyaman. Tapi mana seru bikin acara kalau tuan rumahnya nggak ada di tempat? Gitaris Bali teman saya ini sempat menemani saya survey ke tempat lain sebagai alternatif. Tapi dengan berbagai pertimbangan dan hasil diskusi dengan tim saya di GitarPlus, akhirnya Hard Rock Café dipilih sebagai tempat penyelenggaraan acara. Nggak disangka-sangka, setelah venue saya pindahkan ke Hard Rock Café Bali, perusahaan rokok yang dari awal memang berminat mensponsori acara ini bersedia memaksimalkan nilai sponsorship yang diberikan Horeee! Masalah biaya penyelenggaraan acara teratasi deh.. ^_^

Saya lalu menyiapkan acara dengan lebih detil sampai hal sekecil-kecilnya. Mulai dari merangkul toko musik, radio, dan komunitas gitaris di Bali untuk ikut mendukung acara ini, pesan tiket pesawat, cari hotel tempat menginap, memilih menu makanan untuk panitia dan pengisi acara selama di Bali, sewa mobil, cetak materi promosi, menyiapkan doorprize, bikin run down acara, sampai mengatur jadwal penjemputan gitaris dari bandara ke venue mengingat 7 gitaris itu datang dengan pesawat dan waktu yang berlain-lainan. Karena sudah beberapa kali bikin acara serupa, saya sudah lebih siap dan terlatih mengatasi masalah-masalah yang terjadi, baik menjelang acara maupun saat acara berlangsung.


Yang nggak saya prediksi ternyata karakter orang Bali berbeda dengan orang-orang di daerah lain tempat saya pernah menggelar ‘GUITAR FOR FUN’. Poster dan brosur yang saya sebar untuk acara di Bali ini lima kal lipat lebih banyak daripada di kota lain dan saya sudah mati-matian mempromosikan acara baik lewat SMS, facebook, website, Blackberry Messenger dan Majalah GitarPlus tapi ternyata penonton yang datang nggak seperti yang diharapkan. Beberapa orang yang saya minta komentarnya tentang acara ini mengakui konsep acaranya bagus, penyelenggaraannya rapi, tempatnya mantap, dan bintang tamunya keren-keren. Tapi semua itu jadi terasa kurang berarti karena penontonnya sepi. Aduh, saya sedih banget! Terutama karena saya merasa sudah bikin para sponsor kecewa! :(

Dalam hidup, kadang kita nggak selalu memperoleh apa yang kita inginkan, meskipun kita sudah berusaha mati-matian untuk mengupayakannya. Jalan yang kita lewati nggak selalu mulus dan lurus. Adakalanya kita kesandung-sandung dan jatuh. Ada waktunya kita kecewa karena menemukan kenyataan tak seindah yang diharapkan. Bayangan saya, ‘GUITAR FOR FUN’ Bali ini bakal sukses dan jauh lebih rame dibandingkan di kota-kota lain karena saya sudah lebih berpengalaman menyelenggarakan acara semacam ini dan usaha yang saya lakukan untuk membuatnya berhasil juga sudah yang terbaik yang bisa saya buat. Tapi kenyataan berbicara lain. Dari hasil evaluasi dengan tim dan setelah mendengarkan saran serta pendapat dari berbagai pihak, saya jadi tahu letak kesalahan yang membuat ‘GUITAR FOR FUN’ kali ini kurang berhasil. Ternyata orang Bali nggak terbiasa datang ke acara siang-siang (saya bikin ‘GUITAR FOR FUN’ mulai dari jam 14.00 – 20.00 WITA) dan malas ke daerah Kuta karena jauh dan macet.

Tapi saya nggak mau kelamaan menyesali yang sudah terjadi. Dengan kerendahan hati saya minta maaf ke para sponsor dan menawarkan solusi untuk mengurangi kekecewaan mereka. Beres semua urusan dengan hasil win-win solution, saya nggak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk LIBURAN! Udah terlanjur ada di Bali gitu loooh.. Apalagi waktu itu Hugo saya bawa, jadi bisa liburan bareng sekeluarga kan..

Kok bisa-bisanya sih liburan padahal baru mengalami kegagalan? Ya bisalah! Kegagalan kan bukan untuk diratapi berkepanjangan. Bahkan orang paling hebat di dunia pun pasti pernah gagal, pernah jatuh. Saya percaya, seseorang dinilai bukan dari seberapa kali dia pernah jatuh, tapi dari bagaimana kesanggupannya untuk bangkit lagi setelah ratusan, bahkan ribuan kali jatuh. Dan kayaknya saya belum sampai ribuan kali jatuh, jadi ya belum kapok-kapok tuuuh.. hehe..

PELUANG SEBETULNYA ADA DI MANA-MANA (3)

Saya pernah cerita di tulisan sebelumnya kalau toko dan studio musik saya terletak di tengah komplek perumahan. Soalnya kalau sewa tempat di pinggir jalan mahal! Dan sebagai pengusaha dengan modal pas-pasan, saya nggak kuat bayar sewa tempat mahal-mahal hehe..

Karena bikin tempat usaha di komplek perumahan, mau nggak mau saya jadi harus bersosialisasi dengan warga sekitar, misalnya dengan ikut arisan dan berbagai kegiatan warga lainnya. Kalau dibutuhkan saya juga nggak segan-segan memberikan bantuan yang berhubungan dengan alat musik. Saat pertemuan warga beberapa bulan yang lalu, misalnya. Waktu itu Ketua RT butuh ampli dan mic untuk pengeras suara. Ya sudah, saya pinjami saja dengan suka rela, toh saya memang punya. Saya juga mengirim salah satu karyawan toko untuk membantu memasang ampli dan mic di tempat yang diminta Ketua RT, dan belakangan karyawan saya malah diminta main gitar untuk mengiringi acara ramah tamah warga.

Saya ngapain di acara itu? Sebagai warga yang terbilang baru, saya langsung sok akrab memperkenalkan diri ke sana kemari.

“Saya yang buka usaha toko musik di pojokan itu lho, Bu..” ujar saya sambil senyum-senyum sok manis ke setiap warga yang saya hampiri. Tak lupa saya membagikan kartu nama dan berpesan, kalau di antara warga ada yang butuh alat musik ingatlah selalu pada saya, eh toko saya maksudnya.

“Nanti saya kasih diskon spesial deh buat tetangga,” janji saya tanpa malu-malu. Kayaknya jiwa marketing saya udah merasuk ke dalam dada, nembus sampai di ujung kepala deh. Dilepas di mana aja bawaannya jualan teruuuusss.. ^^

“Cuma jual alat musik aja ya, Bu?” Akhirnya ada juga ibu-ibu yang kecantol promosi saya.

“Oh, nggak.. ada studio rentalnya juga kok, Bu. Kalau anak Ibu pengen latihan band di tempat saya aja. Murah meriah. Lagian deket, cuma di depan situ. Disuruh jalan sendiri juga bisa, nggak usah dianterin..” Saya sendiri heran, sejak kapan saya punya kombinasi bakat merayu plus nggak tahu malu kayak gini. Soalnya sumpah, dulunya saya pemalu dan peragu banget lho!

“Bisa kursus juga nggak? Kursus gitar gitu..” tanya si ibu lagi.

Spontan saya menjawab, “Bisa, Bu. Bisa!” Saya nekat banget waktu jawab begitu. Soalnya, jujur aja nih, saya sama sekali belum buka kursus apa pun. Saya aja nggak bisa main gitar! Padahal untuk buka kursus kan harus ada guru yang mengajar, ada kurikulumnya, dan ada aturan mainnya. Tapi ada peluang di depan mata, masa dibiarkan lewat? :-D

“Anak saya mau dong kursus di tempat Ibu biar nggak usah jauh-jauh nganternya. Biaya kursusnya berapa? Sebulan berapa kali pertemuan? Bisanya di hari apa aja?” Nggak disangka-sangka si Ibu tadi mendadak bersemangat banget.

Nah lho! Lebih kacau lagi waktu ibu-ibu yang lain tiba-tiba ikut mengerubuti saya dan minta anaknya ikutan kursus di tempat saya. Wah, geger deh dunia persilatan hehe..

Tapi untunglah saya nggak kurang akal. Buru-buru saya ambil bolpen dan kertas lalu meminta ibu-ibu yang berminat mendaftarkan anaknya kursus gitar di tempat saya untuk menuliskan nama dan nomer telepon yang bisa dihubungi. “Nanti biar ditelepon sama gurunya langsung ya, Bu. Soalnya saya ngurusin majalah, nggak ngurusin toko dan kursus, jadi nggak begitu ngeh soal biaya dan aturan mainnya.” Pinter banget kan saya ngelesnya? :-p

Di akhir acara, totalnya ada 7 anak yang berminat kursus gitar di tempat kursus yang bahkan belum saya buat. Sepulangnya dari tempat itu, saya buru-buru menemui salah satu karyawan yang saya tahu memang sudah biasa menjadi guru privat gitar. Saya menawarkan kerja sama bagi hasil sambil mereka-reka berapa kira-kira biaya kursus yang pantas untuk permulaan. Kerja samanya saya rancang dalam waktu singkat; kewajiban saya menyiapkan ruangan untuk tempat kursus, menyiapkan gitar, mencari murid, mempromosikan tempat kursus ini, mengurus administrasi, dan membuat aturan mainnya. Sementara si guru kebagian jatah mengajar dan menyiapkan kurikulum pengajaran. Deal masalah bagi hasil, esoknya saya minta ia menghubungi ibu-ibu yang kemarin meninggalkan nomer teleponnya. Dan sekarang, tempat kursus saya sudah punya 17 murid dan 3 orang guru yang berpengalaman di bidangnya.

Siapa bilang cari peluang itu nggak gampang? ^^

Minggu, 06 Februari 2011

PELUANG SEBETULNYA ADA DI MANA-MANA (2)

Beberapa waktu lalu saya menemani anak dan 3 keponakan saya liburan ke salah satu tempat wisata air di daerah serpong. Kami datang agak kesiangan dan karena kebetulan hari itu hari libur, tempat wisata tersebut penuh sesak dengan pengunjung yang ingin berenang. Setelah beberapa saat berkeliling mencari tempat duduk dan nggak juga menemukan tempat yang kosong, akhirnya saya nekat duduk di sebuah kursi yang sebetulnya saya tahu ada pemiliknya, tapi sedang ditinggal berenang. Kok bisa tahu ada pemiliknya? Iya dong, kan di meja dekat kursi itu ada handuk dan makanan yang pastinya ditinggalkan si pemilik waktu dia mau berenang. Tapi daripada anak dan keponakan-keponakan saya jadi nggak berenang-berenang gara-gara nggak ada tempat untuk meletakkab handuk dan tas bawaan kami, saya cuek aja duduk di salah satu kursi di sekitar meja itu.

"Boleh main ke kolam yang mana aja, tapi kalau ada yang terpisah dari yang lain nanti nyari Tante di sini ya.." Pesan saya ke anak dan keponakan yang sudah nggak sabar ingin main air. Tempat wisata yang kami kunjungi memang sangat luas dan ada beberapa kolam renang di dalamnya. Saya sengaja nggak ikut berenang dan menunggu di satu tempat biar kalau salah satu dari anak-anak itu terpisah, mereka tahu dimana harus mencari saya.

Baru sekitar sepuluh menit saya duduk sambil baca buku, tiba-tiba muncul seorang ibu dengan anaknya mendatangi kursi yang sedang saya duduki. Dia menatap saya jutek sambil bilang, "Maaf ya, ini tempat duduk saya." Ngusir ceritanya hehe..

"Wah, maaf ya, Mbak saya ikut duduk di sini soalnya dimana-mana penuh,"jawab saya.

"Nggak bisa, kursinya udah pas buat saya sekeluarga." Si lbu tetep ngotot ngusir saya. Untung dia nggak bilang, 'O tidak bisa!' Kayak Sule, jadi saya tahu dia marah beneran..

Saya jelasin aja, saya ke sini bawa beberapa anak kecil yang sekarang lagi asyik berenang entah di kolam yang sebelah mana. Anak-anak itu taunya saya nunggu di sini, jadi kalau saya pindah tempat mereka bakal kesulitan mencari saya di tempat seluas ini. Akhirnya si ibu diam, membiarkan saya menduduki salah satu kursinya. Dia duduk persis di depan saya dengan wajah cemberut, masih nggak rela kursinya saya embat. ^^

Duduk berhadap-hadapan, nggak enak juga dong kalau cuma diem-dieman dan dicemberutin pula? Mulai deh saya ajak si ibu ngobrol ngalor ngidul sok akrab, meskipun si ibu sebetulnya masih jutek dan ogah-ogahan saya ajak ngobrol. Nggak lama tiba-tiba nongol suami plus anaknya yang satu lagi yang langsung ikut saya ajak ngobrol juga. Dari ngobrol-ngobrol itu saya jadi tau kalau ternyata si bapak punya usaha ekspedisi dan biasa mengirim barang serta dokumen ke seluruh Indonesia, sementara si bapak juga jadi tahu kalau saya punya usaha majalah dan toko alat musik yang rutin melakukan pengiriman barang atau dokumen, juga ke seluruh Indonesia.

"Kalau kirim barang pakai jasa ekspedisi saya aja," kata si bapak menawarkan jasa ke saya.

"Boleh aja kalau Bapak bisa kasih penawaran lebih baik daripada ekspedisi yang selama ini saya pakai," jawab saya.

Si bapak langsung semangat nanya-nanya biasanya saya pakai ekspedisi apa, berapa harga yang saya dapat dan bagaimana sistem pembayarannya. Saya jawab dengan jujur apa adanya. Nggak disangka-sangka si bapak menawarkan untuk mengirim barang saya dengan harga 30% lebih murah daripada di ekspedisi langganan saya dan pembayaran boleh mundur satu bulan.

"Ah, jangan-jangan nanti nggak nyampe barang saya," jawab saya setengah bercanda.

"Saya jamin barang Ibu sampai lebih cepat dari ekspedisi yang sekarang," balas si bapak.

"Ok, kalau gitu tolong kirim dulu surat penawarannya ke kantor saya. Nanti saya pelajari dulu."

Sampai di rumah saya langsung googling di laptop nyari nama ekspedisi milik si bapak yang saya temui di kolam renang tadi. Ternyata cukup besar dan sudah cukup lama beroperasi juga. Reputasinya juga bagus. Jadi, waktu besok paginya si bapak datang membaewa surat penawaran kerja sama, saya langsung setuju aja. Orang jelas-jelas lebih menguntungkan dan memudahkan usaha saya kok!

Tuh, di kolam renang pun kita bisa menemukan peluang kan? :D