Selasa, 24 Februari 2009

OGAH RUGI

Entah karena saya dan suami memang cocok berbisnis majalah, atau majalah yang kami buat memang bagus dan saat itu belum banyak kompetitor, atau Tuhan memang baik sekali sama kami berdua... nggak tahu deh. Yang jelas, majalah pertama kami (Guitar Magazine, disingkat G-Magz yang berisi chord-chord lagu) cukup laku di pasaran. Di edisi-edisi awal oplah majalah kami hanya 10.000 eksemplar dan lebih dari 90%-nya laku terjual. Artinya, returnya nggak sampai 10%. Padahal kalau majalah cuma laku 60% saja saya sudah balik modal.

Karena permintaan jatah majalah di agen bertambah, pelan-pelan saya menaikkan oplah majalah sampai pernah mencapai 50.000 eksemplar setiap edisi dan masih tetap laris manis. Akibatnya, dalam waktu singkat, keuangan perusahaan meningkat pesat. Tapi saya tetap berhati-hati memegang uang, nggak mau bersenang-senang dulu karena kondisi keuangan saya anggap belum cukup stabil. Biar uang di rekening menumpuk, saya tetap hidup biasa-biasa saja. Lagipula kan memang dari awal saya memisahkan mana uang kantor, mana uang rumah... :)

Kami pindah ke Bintaro saat masa sewa rumah di Mampang habis. Rumah mungil yang terdiri dari 2 kamar tidur itu langsung saya sulap jadi kantor merangkap rumah. Kamar di bagian depan untuk ruang kerja karyawan, sementara kamar yang satunya lagi jadi kamar tidur saya sekeluarga. Nggak ada kamar ART, makanya saya mempekerjakan ART yang datang pagi dan pulang menjelang sore setelah semua pekerjaannya selesai.

Rumah pertama yang merangkap kantor itu saya biarkan kosong melompong saat awal-awal saya menempatinya. Saya nggak buru-buru membeli segala macam perabotan rumah tangga untuk melengkapi rumah mungil itu meskipun sebetulnya saya sudah mampu membelinya. Belum saatnya. Lagipula, kalau majalah selesai dicetak di percetakkan dan diantar ke kantor untuk dipak sebelum didistribusikan ke agen-agen di seluruh Indonesia, rumah saya mendadak penuh sesak oleh majalah. Wah, nggak kebayang deh kalau perabotan di rumah saya sudah lengkap. Bisa-bisa rumah merangkap kantor itu nggak muat menampung semua majalah.

Selain karena alasan itu, saya juga menunda membeli perabotan karena buat saya barang-barang seperti meja makan, sofa, kursi tamu dan lain-lain bukanlah prioritas utama. Artinya, tanpa memiliki barang-barang yang saya sebutkan itu pun hidup saya masih nyaman-nyaman saja, nggak ada masalah. Saya ingat, saat itu saya punya 2 buah karpet andalan; yang satu saya gelar di ruang tamu dan satu lagi di ruang nonton teve merangkap ruang makan. Kalau ada tamu datang, si tamu saya persilakan duduk di karpet di ruang tamu. Kalau mau makan atau nonton teve, tinggal duduk di karpet yang ada di depan teve. Santai dan praktis!

Ih, apa nggak gengsi tuh sama tamunya? Untungnya sih saya nggak. Dari awal saya sudah menanamkan pada diri sendiri untuk membuang jauh-jauh yang namanya gengsi dan sejenisnya dari kamus hidup saya. Buat apa gengsi kalau pada kenyataannya kemampuan kita memang baru segitu? Buat apa malu-malu kalau pada saat itu keadaan memang membuat kita masih harus menahan diri, menahan keinginan-keinginan kita?

Bukan berarti saya nggak pengen punya rumah yang nyaman, dengan penataan interior yang apik dan indah dipandang mata. Saya rasa semua orang juga pengennya begitu. Tapi untuk mencapai suatu tahap tertentu di dalam hidup kadang kita harus belajar bersabar dan menikmati semua proses yang harus kita lewati. Saya yakin, kalau saya tetap konsisten mengelola uang dengan bijak, akan ada saatnya saya bisa melewati semua proses dan keadaan yang penuh dengan keterbatasan. Dan saat ini saya sungguh bersyukur karena diberi kesempatan untuk melewati proses berliku itu sebelum mencapai posisi saya sekarang karena perjalanan itu ternyata telah membentuk mental saya menjadi lebih kuat dan memberi saya pengalaman hidup yang lebih ‘kaya’, lebih berwarna.

Kembali ke soal uang perusahaan ya... Saat uang di rekening perusahaan makin banyak, saya dan suami pelan-pelan berbenah membeli tambahan komputer, AC, meja, kursi kantor, rak-rak dan laci-laci penyimpanan berkas-berkas kantor. Setelah itu, barulah kami memutuskan membeli mobil untuk kendaraan operasional perusahaan dengan cara kredit.

Mobil pertama saya Kijang kapsul tipe LSX warna silver. Saat saya membelinya tahun 2003, harganya kurang lebih Rp 140 jutaan. Saya membandingkan ke beberapa dealer dulu sebelum memutuskan membeli mobil itu di salah satu dealer. Kurang kerjaan? Mungkin iya. Tapi pengalaman itu membuat saya tahu satu hal; harga mobil di semua dealer (sepanjang masih berada di satu kota) memang sama, tapi masing-masing dealer punya kebijakan berbeda soal diskon. Nggak tanggung-tanggung, beda diskon antara satu dealer dengan dealer lain bisa sampai 3 jutaan lho!

Saya juga suka iseng menghitung-hitung total uang yang harus saya keluarkan kalau saya memakai perusahaan leasing A atau perusahaan leasing B. Ternyata, meskipun bunga kreditnya mirip-mirip, hitungan antar satu leasing dengan leasing lain bisa mempengaruhi total jumlah uang yang akhirnya harus saya bayarkan, meskipun selisihnya mungkin nggak sampai juta-jutaan.

Saya nggak tahu, apa di dunia ini banyak orang yang sekurang kerjaan saya, tapi saya memang senang membanding-bandingkan harga sebelum membeli sesuatu dan puas banget kalau bisa dapat harga yang lebih murah. Beli minyak goreng di pasar saja saya senang kok kalau bisa dapat barang yang sama dengan harga lebih murah (meskipun selisih harganya mungkin hanya beberapa ribu rupiah), apalagi beli mobil yang selisih harganya sampai beberapa juta rupiah. Kakak saya bilang, saya orangnya ogah rugi. Biarin aja, kalau memang bisa untung ngapain milih rugi? Lagian memangnya ada orang yang senangnya rugi? :p

1 komentar:

  1. 😎 Bergaya Sambil Mencari Pahala, Kenapa Tidak 😎
    .
    Dengan Kaos Dakwah dari Gootick Apparel yang akan membuat penampilan teman-teman pasti berbeda dari yang lain 😍😍😍
    .
    Dengan bahan Material dari Catton Bamboo yang memiliki kualitas tidak perlu di ragukan dan Sablon yang Rapih dan Kuat. Baca Terlebih dahulu kelebihan dari Cotton Bamboo

    Tersedia 5 tulisan bermakna Islami dan pilihan warna yang pastinya cocok di pakai untuk kegiatan sehari-hari yang akan terlihat Elegan dan Simple, Rapih dan Pastinya Keren.
    .
    "Promo HEMAT" Harga Normal Rp.100 K dan dapatkan potongan diskon harga sebesar Rp. 30 K.
    .
    Untuk informasi pemesanan silahkan klik link dibawah ini:

    Jual Kaos Dakwah
    Testimoni di >>>Instagram<<<:
    .
    Tunggu apalagi Langsung Ambil Promonya selagi masih Tersedia


    Mau Cari Bacaan Cinta Generasi Milenia Indonesia mengasikkan, disini tempatnya:
    Fashion

    BalasHapus