Sabtu, 11 Agustus 2012

GITARAN SORE AKHIRNYA SAMPAI KE KALIMANTAN. HOREEE!

Nggak terasa, event Gitaran Sore yang saya konsep Agustus '11 lalu sekarang sudah berumur setahun. Iya, tahun lalu saya pertama kali menggelar event Gitaran Sore di Ciwalk Bandung, 14 Agustus 2011. Setelah itu berturut-turut saya bikin event serupa di Surabaya Town Square (Oktober 2011), Woodsygab Food Court Makassar (November 2011), Summarecon Mal Serpong (Desember 2011).

Awal tahun 2012 sempat berhenti cukup lama sebelum akhirnya saya 'ngamuk' bikin di 4 kota sekaligus selama akhir Mei - Juni, yaitu di Kendari (Mei 2012), Jogjakarta (3 Juni '12), Cimahi (17 Juni 2012), dan Medan (23 Juni 2012). Di Kendari dan Cimahi, nama event ini sempat diubah menjadi Guitar War karena beberapa pertimbangan dari pihak sponsor. Tapi konsep dan format acaranya sebetulnya sama aja.

Awal Agustus '12, akhirnya kesampaian juga cita-cita saya untuk bikin event Gitaran Sore di Kalimantan. Nggak tanggung-tanggung, langsung di 2 kota sekaligus, yaitu Samarinda dan Balikpapan. Saya antusias banget dengan rencana ini karena sama sekali belum pernah menginjakkan kaki ke Kalimanantan, padahal saya tahu di beberapa kota di Kalimantan banyak gitaris-gitaris hebat yang juga sekaligus pelanggan setia Majalah GitarPlus. Pengen dong saya bisa ketemu langsung dan menyapa mereka dari dekat.


Begitu saya pasang poster acara di FB dan twitter saya, langsung banyak respon bermunculan. Salah satunya dari seseorang yang saya panggil Mas Rizal. Saya kenal Mas Rizal cuma di facebook. Liat fotonya pun belum karena ia jarang memasang fotonya di fb. Tapi saya ingat Mas Rizal rajin merespon status maupun foto-foto yang saya upload di facebook. Waktu buku saya 'Pengusaha Rock n Roll' saya pasang cover-nya di facebook, Mas Rizal juga termasuk salah satu orang pertama yang langsung memesan.

"Nanti kalau Mbak Intan ke Kalimantan, saya jemput di bandara," katanya via inbox di facebook sambil minta nomer HP saya.

Beneran lho, ternyata Mas Rizal nggak ingkar janji. Begitu saya menginjakkan kaki di bandara Sepinggan Balikpapan, turun dari pesawat saya mengaktifkan HP saya. Langsung deh masuk SMS dari Mas Rizal, ngabarin kalau dia sudah nunggu saya di bandara. Saya bener-bener nggak nyangka. Soalnya setau saya, ia tinggal di Tenggarong, kurang lebih 3,5 jam perjalanan dengan mobil ke Balikpapan. Dia jauh-jauh ke Balikpapan cuma untuk menjemput saya dan suami di bandara, lalu menemani saya keliling Balikpapan! Aduuh, saya jadi terharu..

Pengalaman 5 hari di Balikpapan dan Samarinda bener-bener seru. Di Samarinda saya kembali terharu karena kedatangan GitarPus dengan event Gitaran Sore-nya di kota itu membuat gitaris-gitaris setempat terpicu untuk membentuk komunitas, namanya Samarinda Guitar Aliance. Gitaris-gitaris di 2 kota itu juga keren-keren mainnya. Saya juga jadi punya tambahan kenalan, yaitu teman-teman dari Indonesian Drummer Samarinda dan Indonesian Drummer Balikpapan yang ikut menjadi opening di event Gitaran Sore.

foto bareng teman-teman gitaris di Samarinda

Bikin event di kota yang baru memang selalu memberi pengalaman baru juga. Setelah Samarinda dan Balikpapan, saya bakal kemana lagi ya? Tunggu aja cerita saya selanjutnya! :)

Sabtu, 28 Juli 2012

GUITAR CAMP GITARPLUS

Saya lagi merencanakan program baru buat para gitaris. Setelah sukses dengan event gitar-gitaran seperti GUITAR FOR FUN, GUITAR GOES TO SCHOOL, GUITAR GOES TO CAMPUS, GITARAN SORE dan sejenisnya, saya ingin mencoba tantangan baru dengan membuat GUITAR CAMP. Selama ini ada beberapa teman gitaris yang sudah berwacana ingin mengadakan GUITAR CAMP, tapi belum pernah terealisasi. Padahal menurut saya ini adalah program yang bagus buat karena bisa menambah ilmu dan wawasan, sekaligus mempererat keakraban di antara para gitaris.

‘Guitar Camp’ adalah salah satu program yang buat untuk Majalah GitarPlus yang merupakan kombinasi acara liburan bareng sambil belajar gitar dengan mentor gitars-gitaris ternama tanah air. Di ‘Guitar Camp’, peserta diajak belajar sambil liburan di daerah pegunungan yang sejuk dalam suasana akrab dan santai selama 2 hari 1 malam. ‘Guitar Camp’ tidak bertujuan mencetak gitaris handal dalam waktu singkat, tapi lebih untuk membuka wawasan, memberi pengalaman baru, dan memotivasi peserta agar lebih bersemangat belajar gitar.



Peserta ‘Guitar Camp’ tidak sekadar disuguhi teori-teori seputar gitar, tapi juga pengetahuan tentang profesi gitaris yang akan dibagikan oleh para mentor lewat cerita-cerita pengalaman mereka, diselingi game-game seru dan kegiatan kelompok yang bertujuan menjalin kekompakan dan keakraban di antara para peserta. Di ‘Guitar Camp’ para peserta bisa ngobrol akrab dengan gitaris-gitaris idola, bertemu teman-teman baru, dan menikmati hal-hal seru di bidang yang mereka sukai.
‘Guitar Camp’ akan diselenggarakan pada :

Hari / Tanggal : Sabtu-Minggu, 24 dan 25 November 2012
Waktu : Berangkat dari Bintaro pukul 08.00 WIB
Kembali ke Bintaro pukul 14.00 WIB dari Puncak
Tempat : Vila Alfa Resort Puncak
Bintang Tamu : I Wayan Balawan, Jubing Kristianto, Andry Muhammad ‘Mahadewa’
Host : Ezra ZiFactor, Pupun RoR , Andy Owen
Target Peserta : 35 orang

Biaya pendaftaran untuk peserta acara ini adalah Rp 950.000,- (Sembilan ratus lima puluh ribu rupiah) kalau dibayarkan sebelum 30 September 2012 atau naik menjadi Rp 1.100.000,- (Satu juta seratus ribu rupiah) kalau dibayarkan sesudahnya. Biaya tersebut sudah termasuk fasilitas sebagai berikut :

1. Bis AC Bintaro – Puncak pp (berangkat dari kantor redaksi Majalah GitarPlus)
2. Menginap semalam di Villa Alfa Resort di Puncak (1 kamar untuk 2 orang)
3. Dua buah t-shirt peserta
4. Voucher belanja senilai Rp 200.000,- untuk pembelian semua tipe gitar elektrik di
GH MUSIC Bintaro dan Graha Raya (tidak bisa digabungkan dengan program promo yang
lain)
5. Voucher gratis pendaftaran kursus gitar di SANGGAR GITARPLUS Bintaro dan Graha
Raya senilai Rp 100.000,-
6. Voucher diskon 20% untuk langganan MAJALAH GITARPLUS selama 1 tahun (belum
termasuk ongkir)
7. Voucher gratis rental studio GH Music Bintaro selama 5 jam senilai Rp 175.000,-
8. Makan 4 kali
9. Coffe Break 2 kali
10. Tiga sessi master class dengan mentor I Wayan Balawan, Jubing Kristianto, dan
Andry Muhammad ‘Mahadewa’ (dulu Andry Franzzy) masing-masing selama 2 jam
11. Sharing seputar profesi dan dunia gitaris bersama Ezra Simanjuntak ‘ZiFactor’,
Pupun ‘RoR’-‘D’Bandhits’ dan Andy Owen
12. Sertifikat
13. Liputan acara dimuat di Majalah GitarPlus

Untuk info dan pendaftaran peserta, silakan menghubungi
Mbak Risa/Mas Ramcey di : 085385371293, 021-83206118, Pin BB : 2759C2BF

Biaya pendaftaran bisa ditransfer ke :
Rek Mandiri 1280004249576 a.n C. Intan Pratiwi atau Rek BCA 0701238477 a.n Eka Venansius

Berminat? Buruan daftar ya! :)

Senin, 16 Juli 2012

ISENG MAIN ITUNG-ITUNGAN DI PAGI HARI :)

Beberapa waktu lalu saya ngobrol-ngobrol sama tukang soto yang biasa mangkal di pinggir jalan. Si Pak tukang soto -sebut saja namanya Jonathan- jualan soto Rp 10 ribu per mangkok. Dalam sehari rata-rata Pak Jon -panggilan kesayangannya- bisa jual 30-40 mangkok. Pak Jon jualan cuma dari jam 9 pagi sampai jam 2 siang. Kalau sehari Pak Jon jual 30 mangkok soto aja, berarti sehari omsetnya Rp 300 ribu. Bener nggak?

Saya lalu iseng-iseng ngitung, kalau katakanlah keuntungan per mangkok 30%, sehari Pak Jon bisa dapat untung dari berjualan soto Rp 90 ribu. Tiap Minggu Pak Jon istirahat, libur. Jadi sebln rata-rata dia jualan 25 hari. 25 hari x Rp 90 ribu = Rp 2.250.000, itu kalo sehari laku 30 mangkok doang ya.. Wah, nggak kalah dong penghasilan tukang soto ini sama gaji sarjana yang baru mulai kerja. Belum keuntungan dari jual minuman + kerupuk. Saya hitung-hitung, sebulan Pak Jon bisa ngantongin untung bersih Rp 3 jutaan! Orang kantoran kerja 9 jam sehari belom termasuk perjalanan ke kantor. Tukang soto kerja 9 jam sehari udah termasuk belanja + masak soto. "Pulang jualan, saya istirahat di rumah. Main sama anak-anak atau mancing karena saya hobi mancing," cerita Pak Jon, sederhana. Indahnya dunianya! :)

Ayo, siapa mau ikutan usaha jualan soto? Lumayan menggiurkan tuh keuntungannya, apalagi daripada nganggur. Nggak bisa bikin soto? Ajak orang yang bisa bikin soto untuk kerja sama. Biar keuntungannya lebih dari Rp 3 juta, jualannya jangan cuma 5 jam, variasi soto ditambah. Soto juga bisa dijual dengan harga lebih mahal, tinggal dibenahi kemasan dan strategi marketingnya.

Kok kayaknya gampang banget bikin usaha? Iya dong. Hidup udah susah, ngapain dibikin tambah ribet? Kalau belum-belum kita udah mikirnya usaha itu ribet, bisa nggak jalan-jalan rencana usaha kita. Tapi kalau di awal kita menyederhanakan cara pandang dan cara berpikir kita tentang usaha, kita akan lebih berani dan ringan untuk mulai melangkah. Selamat pagi semua!

Jumat, 06 Juli 2012

35 HARI 5 EVENT. HIDUP NEKAT! :)

Kejadian-kejadian yang harus saya alami dalam hidup ini kadang-kadang ajaib banget. Seperti yang terjadi di Juni '12 ini. Awalnya saya sama sekali nggak merencanakan untuk bikin beberapa event sekaligus di bulan yang sama. Tapi apa daya, takdir berkata lain *halah*. Proposal yang saya ajukan ke pihak sponsor sejak bulan Maret dan April kemarin ternyata direspon serentak oleh para sponsor dan semua setuju menyelenggarakan event gitar di Mei akhir dan selama Juni. Tanggal 26 Mei di Kendari, 3 Juni di Jogjakarta, 17 Juni di Cimahi, 23 Juni di Medan, dan 30 Juni di Bintaro. Gubraaakkk! Jadwal event saya Mei-Juni ini kayaknya udah hampir ngalah-ngalahin jadwal manggungnya Trio Macan tuh... :p

Saya nggak mungkin mundur. Udah susah-sudah bikin proposal event dan minta disponsori, masa giliran pihak sponsor setuju saya malah mundur? Ya udah, hajar bleh!

Untungnya saya udah beberapa kali menggelar event Gitaran Sore. Jadi saya udah nemu polanya, udah tau celahnya. Cuma tinggal siap-siap badan rontok aja setiap minggu bikin acara di lain-lain kota.

Tapi biarpun udah beberapa kali menyelenggarakan event serupa, tantangan di setiap kota ternyata beda-beda. Selalu ada masalah menjelang acara maupun saat acara berlangsung, meskipun nggak sampai mengganggu keberhasilan acara secara keseluruhan. Berhasil mengatasi masalah di satu kota, eh di kota lain ketemu masalah lain lagi. Nggak apa-apa. Semua itu malah bikin saya tambah pinter. Makin banyak pengalaman. Dan mental saya pun semakin terasah.

Gitaris-gitaris di Guitar War Cimahi


Sisi baiknya, dengan bikin event di berbagai kota begini, saya jadi punya kesempatan mengunjungi kota-kota yang selama ini cuma saya liat namanya di peta. Kendari, misalnya. Akhir Mei 2012 lalu adalah kali pertama saya menginjakkan kaki ke kota itu (makasih Mas Doddy 'The Dragon' yang sudah bikin saya akhirnya berhasil terdampar dengan manis di Kendari :D). Saya jadi tau ada makanan yang namanya dangkot (amit-amit minta ampun pedesnya), kenalan dengan temen-temen baru (halo Dayat, Anto, Mas Hengky, Mas Lucky, Pak Sahat dll!), dan menikmati banyak pengalaman seru di negeri dongeng (istilah salah seorang teman saya).

Balawan di Gitaran Sore Cimahi. Penontonnya rame banget!

Berkat bikin event di beberapa kota, bulan Juni lalu saya juga jadi punya kesempatan menengok mertua dan teman-teman dari komunitas Medan Guitar Family di Medan, ketemu teman-teman dari komunitas Paguyuban Gitaris Jogja, Cimahi Guitar Community, Indonesian Guitar Community, dan Pasudan Guitar Community. Ini judulnya jalan-jalan sambil kerja atau kerja sambil jalan-jalan ya? :)

Ternyata saya bisa juga tuh mengadakan event dengan jadwal yang padat merayap kayak gitu. kadang-kadang kita memang nggak tahu sejauh mana kemampuan kita sebelum mencobanya. Meskipun awalnya kadang saya ragu apakah saya mampu menyelesaikan setiap tantangan baru yang harus saya hadapi, saya bersyukur karena akhirnya saya memutuskan untuk berani mencoba. Untung saya punya bakat nekat. Tapi bukan nekat yang asal nekat ya, nekat pun harus pakai siasat. Hidup nekat!

Rabu, 16 Mei 2012

BUKAN SAINGAN

Belakangan ini saya mengamati ada EO (Event Organizer) yang mulai ikutan bikin event gitar di berbagai kota di Indonesia, seperti yang sudah saya mulai dari beberapa tahun lalu. Saya memang kurang kerjaan, belum ada orang bikin event khusus gitar berskala besar yang nggak sekadar menghibur tapi sekaligus mengedukasi (dan belakangan melibatkan komunitas gitar), saya sudah bikin duluan. :p

EO-EO itu sekarang menyelenggarakan event yang lebih besar, dengan kemasan yang lebih bagus daripada yang pernah saya buat. Seorang teman saya bilang, saya jadi punya banyak saingan. Ah, masa kayak gitu dianggap saingan? Waktu saya mulai bikin event gitar tahun 2007 lalu, memang belum ada event khusus gitar dengan konsep seperti yang saya buat. Saya nekat memulainya karena saya ingin gitaris-gitaris Indonesia punya panggung. Saya senang melihat gitaris berkumpul dan saling terhubung.


Waktu ada pihak lain yang ikut bikin event gitar, saya sama sekali nggak menganggap mereka saingan. Saya malah berterima kasih sekali karena dibantu mewujudkan impian. Soalnya, kalau ada semakin banyak event gitar yang dibuat, berarti akan semakin banyak juga panggung untuk para gitaris. Itu sekaligus pasti akan memberi motivasi bagi mereka yang baru mulai tertarik main gitar; capek-capek belajar gitar, ada panggungnya kok untuk mengekspresikan diri. Syukur-syukur jadi profesi. Dan kalau semakin banyak orang yang tertarik main gitar, pasti dunia gitar Indonesia juga akan menjadi lebih hidup dan semarak.

Makanya, kalau EO-EO membuat eventnya lebih bagus dan menarik, saya justru ikut senang karena pasti itu akan membuat dunia gitar Indonesia lebih berwarna. Saya akui, saat ini saya belum mampu bikin event gitar dengan kemasan yang rapi. Event saya rock n roll banget! :D Soalnya saya memang bukan EO, nggak punya pengalaman jadi EO. Beda dengan EO yang sehari-hari kerjaannya memang bikin event. Bisnis saya majalah dan toko musik. Saya bikin event gitar cuma karena tergerak berbuat sesuatu untuk dunia gitar Indonesia. Kebetulan saya mampu bikin event, meskipun kemampuan saya pas-pasan :p

Saya hanya memulai. Yang saya lakukan cuma membuat riak-riak kecil agar komunitas gitar di berbagai kota menggeliat dan punya kegiatan. Tapi saya juga sadar, saya nggak bisa terus-terusaan bikin event di satu kota yang sama karena impian saya menyentuh komunitas gitar di semua kota, semampu saya. Jadi, kalau ada pihak lain -dalam hal ini EO- yang mau ikut peduli menyelenggarakan event gitar di Indonesia, saya senang dan mendukung banget. Saya terbuka diajak berdiskusi dan siap bekerja sama kapan saja. Karena -sekali lagi- tujuan saya bikin event-event gitar adalah untuk memajukan dunia gitar Indonesia. Itu saja.

Minggu, 06 Mei 2012

APRIL YANG SERU

April 2012 adalah bulan yang luar biasa buat saya. Selama sebulan itu, saya mengalami banyak kejadian seru yang nggak pernah terbayangkan sebelumnya. Dalam menjalani hidup, saya memang nggak pernah punya pikiran macam-macam. Dinikmati dan dibiarkan mengalir aja, tapi tentunya tetap punya semangat dan kemauan untuk berusaha menjadi lebih baik, lebih maju.

Kejadian seru di bulan April itu diawali di 1 April 2012. Hari itu, profil saya dimuat 1 halaman penuh di Koran Jakarta, bertepatan dengan ulang tahun suami tercinta. Wawancara dengan wartawan Koran Jakarta sudah dilakukan minggu sebelumnya, pas saya lagi kena flu berat. Tapi untunglah, di foto saya keliatan baik-baik aja. Nggak ketauan kan kalau pas diwawancara dan difoto, saya dalam kondisi nggak sehat? Ini penampakannya..


Dan inilah foto karya Mas Wachyu Ariestya, fotografer Koran Jakarta yang paling saya suka dan saya jadikan foto profil di FB saya :D


Pas lagi mau tidur, 9 April 2012 sekitar jam 10 malam saya ditelepon seseorang yang mengaku dari program Radio Show TV One. Ngapain? Saya diundang jadi nara sumber di program tersebut besok malamnya. Wah, surprise banget! Selama ini saya tahu teman-teman musisi banyak yang memimpikan untuk tampil di Radio Show karena program ini memang berbeda dari program-program musik yang lain.

Radio Show berani membuat terobosan baru dan memberi ruang bagi musik-musik yang selama ini nggak bisa muncul di program musik lain di TV. Kehadirannya membawa angin segar bagi dunia musik tanah air. Tampil di Radio Show tentu membanggakan bagi banyak teman-teman musisi, dan secara ajaib, saya yang bukan musisi juga mendapat kesempatan tampil di program itu. Surprise banget kan?

Mas Ardian, pihak Radio Show yang menelpon saya malam itu, berjanji akan mengabari saya besok siangnya (Rabu, 10 April 2012) untuk memastikan apakah saya betul jadi tampil malamnya. Karena saya pikir belum pasti, saya diem-diem aja seharian itu. Baru ketika Rabu siang Mas Ardian menelpon, memastikan kalau saya memang jadi tampil malamnya, saya mulai memberi tahu teman-teman lewat BBM, twitter dan facebook.

Inilah serunya punya ‘tim hore’ yang tersebar di seluruh Indonesia. Berita yang saya sebar di bbm, twitter dan facebook menjadi semacam pesan berantai yang disebarluaskan ulang oleh teman-teman dari berbagai komunitas gitaris di Indonesia. Hasilnya, dalam perjalanan ke Pasar Festival Kuningan, tempat syuting program Radio Show, dukungan dan perhatian bermunculan tak henti-henti di twitter, facebook, dan BBM.

Yang lucu sekaligus mengharukan, beberapa teman dari komunitas gitaris di berbagai kota bahkan sempat-sempatnya mengabari kalau mereka akan nonton bareng Radio Show malam itu di kota masing-masing. Komunitas gitaris yang ‘lapor’ ke saya kalau mereka bakal nonton bareng di antaranya adalah Paguyuban Gitaris Jogja (PGJ), Persatuan Gitaris Makassar (PeGM), Solo Guitar Community (SGC), Indonesian Guitar Community (IGC), Pasundan Guitar Community (PGC), dan lain-lain *yang nggak kesebut maap yaa.. saya Cuma inget yg pada mention di twitter aja :D


Saya tampil nggak sampai sejam di Radio Show, cuma sharing seputar pengalaman berwirausaha di bidang musik, padahal sama sekali nggak bisa main musik. Tapi ternyata efeknya sungguh luar biasa. Dalam semalam, follower saya di twitter bertambah hampir 100 orang, dan yang ngajak temenan di facebook pun bertubi-tubi banyaknya. Waaah, sampai nggak tau harus bilang apa..

Yang lucu, waktu mau tampil di Radio Show itu, seperti biasa saya tampil seadanya. Saya memang bukan tipe perempuan yang punya koleksi baju seabrek dan nggak hobi dandan. Ngeliat penampilan saya yang biasa-biasa banget, make up artist di Radio Show mendadak ‘gatel’ pengen memperbaiki penampilan saya dengan alasan, “Kalau muncul di tv, apalagi acara malam begini, harus dimake up sedikit biar nggak pucat, Mbak.”

Saya yang memang nggak berpengalaman di bidang ini pasrah aja waktu disuruh duduk dan dibedakin. Nggak nyangka kalau ternyata yang dimaksud dengan ‘dimake up sedikit’ oleh si make up artist adalah merombak total wajah saya. Dan beginilah hasilnya setelah saya didandani oleh make up artist Radio Show.


Foto bareng Gugun, salah satu bintang tamu Radio Show malam itu, sebelum acara


Teman-teman saya yang usil sempat-sempatnya ngeledek, penampilan saya malam itu mirip penyanyi dangdutlah, meniru dandanan Ratu Pantai Selatan-lah, kayak vokalis band gothic-lah.. Halaah, saya juga nggak nyangka kalau bakal dibedakin setebel itu! Seumur-umur, saya dandan kayak gini baru 2 kali lho; pertama waktu mau nikah dan kedua ya mau tampil di Radio Show ini.. Hahahaa..

Efek muncul-nggak-sampai-sejam di Radio Show ternyata berlanjut. Setelah acara itu, saya ditelpon oleh beberapa wartawan surat kabar yang tertarik mewawancarai saya karena saya dianggap unik, nggak bisa main musik kok berani-beraninya terjun berbisnis di bidang musik dan punya relasi yang luas di kalangan musisi, khususnya gitar. Kombinasi juga karena saya baru meluncurkan buku berjudul ‘Pengusaha Rock n Roll’ yang berisi cerita sepak terjang saya sebagai pengusaha di bidang musik plus mulai makin maraknya julukan sebagai ‘ibunya gitaris Indonesia’ yang entah siapa yang memulai, belakangan ini memang disematkan ke sosok saya. Jadilah profil saya bertebaran di Koran Republika (25 April 2012)


dan di halaman depan Jawa Pos (26 April 2012)


Cuma dua koran gitu doang kok bilangnya bertebaran? Iya, soalnya ternyata Jawa Pos juga memuat profil saya di semua jaringan media yang masih satu grup dengannya di seluruh Indonesia, baik cetak maupun online. Maka, tulisan yang sama tentang saya beredar di Batam Pos, Ambon Ekspres, Sumut Pos, Padang Ekspres, Cenderawasih Pos, Radar Sukabumi, Radar Garut, Radar Bogor, dan lain-lain. Coba deh googling nama saya (Caesilia Intan Pratiwi), banyak banget tuh bertebaran di internet hehe..

O ya, gara-gara nongol di Radio Show saya mulai dipercaya untuk jadi pembicara di kampus-kampus, di antaranya kampus UNPAS (17 April 2012) Ini fotonya :


Membuka wawasan dan menyebar virus wirausaha




Dan di Kampus UPI Bandung (1 Mei 2012). Ini penampakannya :


Wah, yang terakhir udah masuk bulan Mei ternyata.. Kalau gitu ceritanya udahan dulu deh. Sampai ketemu lagi di cerita berikutnya yaaa.. :)

Minggu, 25 Maret 2012

PROMO BUKU SAMBIL KETEMU KOMUNITAS GITARIS DI JOGJA & SOLO

Gimana rasanya kalau tukang bikin acara dibikinin acara sama orang lain? Itulah yang saya alami Maret 2012 lalu. Untuk mempromosikan buku saya ‘Pengusaha Rock n Roll’, penerbit Tangga Pustaka mebuat jadwal promo ke Jogjakarta dan Solo untuk saya, tepatnya pada tanggal 19-20 Maret 2012.

Rencana semula, saya hanya akan diinterview beberapa radio di Jogjakarta dan Solo, lalu talkshow di Gramedia Sudirman Jogja dan Gramedia Solo. Tapi waktu rencana kedatangan saya ke Jogja diketahui oleh teman-teman dari Paguyuban Gitaris Jogja (komunitas gitaris di Jogja), mereka berinisiatif membuat satu acara lagi untuk saya di tanggal 18 Maret. Jadilah jadwal kedatangan saya di Jogja dimajukan sehari dari jadwal sebelumnya.

Kebetulan setiap bulan PGJ memang rutin menyelenggarakan gathering untuk ajang kumpul anggotanya. Gathering tersebut biasanya diisi penampilan para anggota dan workshop membedah suatu produk. Untuk gathering di bulan Maret ini, saya jadi pembicara yang membuka wawasan mereka tentang peluang usaha di bidang musik.

Inilah foto-foto kegiatan saya selama di Jogja :

Narsis dulu setelah talkshow di Gramedia Jogja :D

Foto bareng anggota PGJ dan Mas Piyu selesai gathering

Dan ini yang di Solo :


Foto bareng teman-teman Solo Guitar Community



Talkshow buku Pengusaha Rock n Roll di Gramedia Solo, dipandu oleh Mas TePe


Talkshow di Solo Radio

Lho, kok ada Mas Piyu? Kebetulan tanggal 18 Maret Mas Piyu sedang berada di Jogja untuk tampil di sebuah acara yang ditayangkan di SCTV. Waktu tahu Mas Piyu sedang berada di Jogja juga, saya coba-coba meminta kesediaan Mas Piyu untuk datang ke acara gathering PGJ karena saya tahu, kedatangan Mas Piyu pasti akan sangat berkesan bagi teman-teman gitaris di PGJ. Nggak disangka-sangka, di sela kesibukannya ternyata Mas Piyu mau meluangkan waktu untuk mampir dan ikut berbagi cerita seputar gitar dan kisah suksesnya. Kedatangan Mas Piyu tentu saja membuat acara jadi semakin meriah.

Selama di Jogja, ternyata kegiatan saya diliput oleh beberapa media. Ini contohnya di Harian Suara Merdeka :


dan ini di Radar Jogja :



Mungkin ada media lain yang meliput, tapi saya nggak tahu karena saya nggak sempat ngecek soalnya harus buru-buru balik ke Jakarta. Thanks buat Mas TePe dari Buka Buku Production, Mas Alpris dan Mas Albert dari AgroMedia Jogja, teman-teman di Paguyuban Gitaris Jogja, Solo Guitar Community, Radio Buku, Radio Masdha, Radio PTPN, Solo Radio, Suara Merdeka, Radar Jogja, dan semua media yang nggak bisa saya sebutkan satu per satu atas dukungan dan perhatiannya selama saya berada di Jogja. Sampai ketemu lain waktu ya!

Minggu, 04 Maret 2012

KOMENTAR MEREKA TENTANG BUKU PENGUSAHA ROCK N ROLL

Salut dengan Mbak Intan, dengan semangatnya yang luar biasa memajukan dunia gitar Indonesia lewat majalah dan event-event gitar yang khas... Dan itu bisa meningkatkan minat anak muda untuk membentuk komunitas gitar di tiap-tiap daerah di Indonesia. (I Wayan Balawan)

Pengusaha Rock n Roll, judul yang menarik.. dengan idealismenya membuat GitarPlus, Guitar For Fun, dan yang lainnya pasti bisa menjadi contoh untuk memotivasi yang baca (Dewa Budjana)

GH Music & Studio Bintaro, GH Music Graha Raya, dan Majalah GitarPlus yang sudah melibatkan gitaris-gitaris seperti Balawan (Trisum), Ezra Simanjuntak (ZiFactor) & the young generation guitarist Pupun (RoR) just to name a few, sudah berbicara banyak akan kiprah yang dilakukan wanita pengusaha ini. Sama sekali tidak bisa main musik, tapi kecintaannya terhadap musik dan dunia gitar di Indonesia tidak usah diragukan lagi, bisa dikatakan ‘Ibunya para gitaris di Indonesia”, pengusaha rock n roll indeed.. Yeah! \m/ (Eet Sjahranie)

Mbak Intan memang rock n roller (Azis Jamrud)

Sukses menjadi pengusaha jelas tidak cukup hanya bermodal materi, tenaga dan nyali. Diperlukan pula kecerdasan nalar dan kecerdasan emosional yang tinggi. Intan –penulis buku ini- menampilkan pengalaman konkret, menerapkan dua macam kecerdasan tersebut dalam perjuangannya sebagai pengusaha. Ditulis dengan bahasa ringan dan jenaka, buku ini menjai bacaan yang menyenangkan dan bermanfaat bagi siapa pun yang hendak merintis usaha. (Jubing Kristianto)

Menakjubkan... Ternyata kemauan, kerja keras, dan mau menempuh resiko bisa sukses di bidang musik, sesuatu yang bukan bidangnya. Ga pernah lupa, pertama kali ketemu Intan ama Eka, gw ngobrol gitar panjang lebar. Pas gw tanya pake gitar apa, mereka bilang gak bisa main gitar, gak bisa main musik... Sekarang hampir semua gitaris di Indonesia tau mereka. Saluuuuut (Bengbeng Pas Band)

The story continues, sebuah sepak terjang yang sangat inspiratif dari seorang Ibu Intan untuk terus eksis sebagai pengusaha di dunia musik. Let’s rock n roll! Sukses terus and never stop untuk mewujudkan ide-ide gilanya! (John Paul Ivan)

‘Mimpi adalah kunci untuk menaklukan dunia’. Ternyata benar banget terjadi pada Bu Intan.. dengan modal keyakinan dan percaya diri berhasil mewujudkan usahanya, bener-bener ‘pengusaha rock n roll’. Salutee! (Rama Nidji)

Jarang saya menemui pengusaha yang berani melakukan manuver-manuver dan terobosan yang sulit diprediksi oleh orang lain. Salah satunya Mbak Intan ini. Pokoknya buku ini recommended banget deh buat para pengusaha start up yang mau menekuni bisnis dengan modal nekat (Deni-Marvell Amps)

Nekat dan Rock n Roll-nya Mbak Intan telah sukses membuat dunia pergitaran Indonesia sangat maju dan berkembang pesat. Buku ini menunjukkan bahwa pengusahanya nggak kalah rock n roll dengan gitarisnya. (Andy Owen)

Wah, baru ini nih, lihat ketertarikan seseorang akan dunia gitar dan ia bukan musisi. 3 thumbs up! *pinjem jempol temen (Pepe Wong Pitoe)
Keberanian dan kegigihan untuk berproses itulah kesuksesan. Mbak Intan Sudah membuktikannya. (Joelsalaka, Stephallen)

Bundanya para gitaris yang berpikir sederhana dan berkarya besar (Lily Rahayu, owner Shredder Guitar & Amplifier)

Buku yang bagus! Bahasanya gaul! Agak gila! Hahaha... Wajib beli dan baca! Rock n Roll..! (Zaoen)

Nggak harus pake kaos hitam atau ber-tattoo untuk jadi rock n roll, sosok ‘gila’ yang nekat ini bukan rock n roll di penampilan, tetapi di bisnisnya yang penuh distorsi, tegas, fokus, dan kreatif. Tulisannya yang down to earth, simple, serta realistis sudah banyak membakar sumbu semangat orang untuk menjadi wirausaha ataupun mulai bermimpi. Keep on rockin’ (Andri Indrawan)

Intan membuktikan bahwa untuk menjadi sukses di suatu bidang tidak perlu harus expert dulu. Jalanin saja! Tekad yang kuat dan ambisi yang terarah sangat dibutuhkan di sini. Kenekatannya membuakan keberhasilan. Menurut saya, Intan tidak perlu mengeri akan filosofi Rock n Roll karena Rock n Roll sudah melekat pada hati dan jiwanya (Stanley Tulung)

Yang bisa saya katakan hanya; sungguh-sungguh menginspirasi dan memotivasi! Bukan basa-basi, tapi usaha saya benar-benar berkembang berkat banyak wejangan dari Mbak Intan (Mahendra Yogaswara)

Mbak Intan itu buat saya adalah wanita super yang inspiratif. Dia bisa mengubah hal-hal yang dianggap orang nggak mungkin menjadi sesuatu yang sangat berhasil. Kita bisa banyak belajar dari sepak terjang beliau selama ini (Dony Priyarso)

Isi buku ini sangat inspiratif dan seru! (Mahesa, ketua Komunitas Gitaris Surabaya)

Awesome! Semoga kisah hidup Mbak Intan dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda bahwa kunci sukses adalah ‘kenekadan yang terukur’ dan kejelian merengkuh peluang di depan mata (Martanto)

Keistimewaan buku ini terletak pada cara pandang Mbak Intan yang belajar sambil menjalankan kenekatan itu, sekaligus menikmati prosesnya.. Sungguh ajaib! (Hasyim Achim, anggota IGC Makassar)

Rabu, 29 Februari 2012

CERITA BUKU KEDUA; PENGUSAHA ROCK N ROLL

Saya lagi produktif nih. Di tengah kesibukan menyiapkan HUT ke 8 GitarPlus, saya masih sempet-sempetnya ngebut menyelesaikan naskah untuk calon buku kedua saya yang berjudul ‘Pengusaha Rock n Roll’. Kenapa ‘Pengusaha Rock n Roll’? Soalnya isinya memang cerita-cerita pengalaman saya menjadi pengusaha yang menjalankan usaha dengan gaya rock n roll.

Sejak awal jadi pengusaha, saya sadar kalau cara saya berbisnis berbeda dengan orang kebanyakan. Saya nggak ragu menabrak pakem-pakem standar, mendobrak hal-hal yang dianggap normal, dan melakukan sesuatu yang nggak biasa. Selama nggak melanggar hukum negara dan hukum agama, biarin aja. Soalnya sejak awal saya sudah memulai usaha dengan cara yang nggak standar sih. Nggak punya modal besar, nggak punya latar belakang sebagai pengusaha, eh masih ditambah nggak memahami bidang usaha yang akan saya tekuni. Sungguh perpaduan yang sip markusip kan? :D

Dalam perjalanan jadi pengusaha, saya juga mengalami banyak tantangan, sering harus melewati jalan yang terjal berliku, dan nggak terhitung berapa kali jatuh bangun sampai babak belur. Tapi seburuk apa pun situasi yang saya hadapi, saya nggak pernah putus asa dan patah semangat. Kalau gagal ya diulangi lagi, kalau jatuh ya tinggal bangkit lagi. Saya menjalankan bisnis saya dengan serius, nekat, tapi santai. Seperti kutipan di sampul buku pertama saya, ‘Bermain Dengan Uang’, saya meyakini bahwa ‘ketika uang berputar, ada banyak faktor yang ikut berperan. Uang datang dan hilang tak bisa sepenuhnya kita kendalikan. Jadi, santai dan mainkan saja’. Iya, ngapain pusing-pusing amat mikirin segala masalah yang dihadapi sebagai pengusaha? Santai, mainkan dan nikmati aja!

Kembali ke buku ‘Pengusaha Rock n Roll’, di akhir Januari, naskah calon buku itu sudah selesai saya tulis. Saya berharap ‘Pengusaha Rock n Roll’ bisa terbit bertepatan dengan perayaan HUT ke 8 GitarPlus yang akan saya rayakan pada 22 Februari, tapi ternyata penerbit yang menerbitkan buku pertama saya nggak bisa memenuhi keinginan saya.

Nggak diduga-duga, hanya 2 minggu menjelang perayaan HUT ke 8 GitarPlus yang saya tetapkan di Mario’s Place Menteng, ada penerbit lain –Tangga Pustaka- yang tiba-tiba menghubungi saya dan menawarkan diri untuk menerbitkan naskah saya, dan sanggup menyelesaikannya sebelum tanggal 22 Februari. Ya sudah, hajar! Saya langsung pindah penerbit karena pasti lebih seru kalau buku ‘Pengusaha Rock n Roll’ yang berisi cerita-cerita pengalaman saya mengelola usaha di bidang musik, termasuk Majalah GitarPlus dan event-event-nya, bisa diluncurkan bertepatan dengan perayaan HUT ke 8 Majalah GitarPlus.

Naskah bukunya memang sudah jadi semua. Tapi pelengkap buku seperti foto-foto pendukung, Kata Pengantar, Ucapan Terima Kasih, Endorsement dari pembaca, profil penulis dan lain-lain sama sekali belum saya siapkan. Belum lagi cover-nya, sama sekali belum siap konsepnya. Jadilah, saya pontang-panting menyelesaikan semua itu di sela-sela waktu menyiapkan acara HUT GitarPlus. Beberapa hari saya mendadak kurang tidur tuh gara-gara diuber-uber Mas Andiek, editor Tangga Pustaka, yang semangat banget ingin mewujudkan impian saya menerbitkan buku sebelum tanggal 22 Februari.

Dalam hal ini saya beruntung banget punya banyak teman baik yang rela membantu saya. Mas Cahyo Baskoro, teman kuliah suami saya berbaik hati membuatkan gambar karikatur untuk cover buku. Pengen tau kayak apa cover buku saya nantinya? Nih, keren kan? :p


Mas Adi Wirantoko, fotografer GitarPlus, ikutan repot memotret saya untuk melengkapi foto-foto pendukung di dalam buku. Ini nih salah satu foto karya Mas Adi :


Mudya, Editor in Chief GitarPlus, menyumbang endorsement untuk buku saya. Mau tau komentar Mudya tentang buku saya? Nih, saya kasih bocorannya :

'Sejak pertama kali mengenal Mbak Intan -begitu saya memanggilnya- saat kami memulai penggarapan Majalah GitarPlus delapan tahun lalu, di mata saya beliau sudah menunjukkan semangat tempur yang tinggi sebagai pengusaha muda, walaupun dengan 'nafas' finansial yang bisa dibilang sangat tidak lentur. Saya menyaksikan sendiri bagaimana usaha yang dijalankannya terlihat fluktuaktif dan cukup 'menegangkan' dari tahun ke tahun. Gayanya memang rock n roll, kerap tanpa sungkan mendobrak prosedur, tapi banyak hal yang dilakukannya dilatari perhitungan matang serta kejelian melihat peluang. Itulah kelebihannya. Saya bangga menjadi bagian kesuksesannya (SA Pralim Mudya, Pemimpin Redaksi GitarPlus'


Karena waktu yang sangat mepet, saya juga sempat bikin pusing beberapa teman gitaris yang saya ‘todong’ untuk memberi endorsement untuk calon buku saya.

“Iya, nanti saya pikir-pikir dulu ya. Memang kapan deadline-nya?” tanya salah seorang gitaris ternama yang saya minta endorsement-nya.

“Dua hari yang lalu, Mas. Makanya, buruan sekarang aja ngasih endorsement-nya,” jawab saya setengah memaksa. Saya memang bener-bener teman yang nggak sopan. Udah minta tolong, maksa pula! Hahahaha..

Untung temen saya baik-baik. Dalam waktu sehari semalam, saya berhasil mengumpulkan 35 komentar, sebagian besar di antaranya adalah dari gitaris. Beberapa gitaris yang ikut memberi endorsement untuk buku saya di antaranya I Wayan Balawan, Rama Nidji, Pepe 'Wong Pitoe', Bengbeng 'Pas Band', Eet Sjahranie, Dewa Budjana, Jubing Kristianto, John Paul Ivan, Pupun RoR-D'Bandhits, Andry Muhammad, Andy Owen, Aji Broken Bones, Stanley Tulung, Toto Pirngadi, Sidi DeLV, dan masih banyak lagi. Dalam waktu kurang lebih 10 hari, proses penerbitan buku kedua saya pun selesai. Ayo, tepuk tangan semua! Hehe..

Launching buku yang saya rencanakan berbarengan dengan perayaan HUT ke 8 GitarPlus pun akhirnya bisa terlaksana. Pada hari itu, di tengah kemeriahan pesta HUT ke 8 GitarPlus, Direktur AgroMedia Pustaka, Hikmat Kurnia, memberikan cinderamata berupa buku ‘Pengusaha Rock n Roll’ yang dipigura untuk menandai launching buku kedua saya.


Teman-teman yang pengen tahu lebih banyak tentang isi buku saya, silakan langsung merapat ke Gramedia atau toko buku terdekat yaa..

Sabtu, 25 Februari 2012

FEBRUARI CERIA

Belakangan ini, hidup saya penuh kejutan yang menyenangkan. Di bulan Februari ini, misalnya. Terlepas tanggal 14 Februari sebagian orang merayakan Valentine’s Day, buat saya pribadi bulan Februari memang bulan penuh cinta. Kenapa? Karena saya jadian sama suami tercinta (dulu masih pacar) 20 Februari 1999, menikah 11 Februari 2001, dan melahirkan Hugo 16 Februari 2002. Jadi, di bulan Februari 2012 ini saya merayakan banyak peristiwa penting dalam hidup saya. Betul-betul bulan yang sip markusip kaaan...

Nah, Februari 2012 ini juga menjadi penting buat saya karena untuk pertama kalinya saya berencana merayakan HUT ke 8 GitarPlus. Pertama kali? Iya, seumur-umur menerbitkan GitarPlus, saya memang belum pernah sekalipun merayakan ulang tahunnya dalam pesta beneran. Biasanya dirayakan sederhana antar karyawan aja dengan makan bersama dan tiup lilin. Tapi tahun ini kan GitarPlus 8 tahun. Pengen dong sekali-sekali dirayakan dengan lebih meriah. Apalagi mengingat GitarPlus berhasil eksis dan bahkan makin berkibar, di saat banyak majalah musik lain yang justru berguguran.

Saya memilih tanggal 22 Februari sebagai waktu untuk perayaan HUT GitarPlus. O ya, ulang tahun GitarPlus sendiri sebetulnya jatuh pada tanggal 15 Januari lalu. Tapi karena berbagai pertimbangan, perayaannya baru akan diadakan 22 Februari. Setelah ketemu tanggal yang pas, mulailah saya sibuk mempersiapkan acara mulai dari menggandeng sponsor, mengatur jadwal dengan bintang tamu yang akan mengisi acara, tempat penyelenggaraan acara, undangan, mengurus konsumsi dan sebagainya.

Tim redaksi yang dikomandani oleh Mudya pun mempersiapkan Majalah GitarPlus edisi ulang tahun secara khusus. Untuk cover, misalnya, di edisi ini Mudya menetapkan gitaris-gitaris yang pernah menjadi kontributor di Majalah GitarPlus yang akan dimunculkan. Sebetulnya banyak gitaris yang pernah mengisi rubrik di GitarPlus, tapi karena sulit mempertemukan semuanya dalam satu jadwal, akhirnya pada tanggal yang ditentukan hanya ada 5 gitaris yang berhasil dikumpulkan; Eet Sjahranie, Andy Owen, Jubing Kristianto, Ezra Simanjuntak, dan John Paul Ivan. Buat yang belom tau, inilah tim kecil Majalah GitarPlus :


Pemotretan cover rencananya dilakukan di redaksi GitarPlus, Jl. Maleo IV JB 3 No. 1 Bintaro Sektor 9 pada hari Minggu, 5 Februari 2012. Sehari sebelum hari pelaksanaan foto cover itu, saya mendadak teringat kalau 3 Februari-nya Mas Eet berulang tahun yang ke 50. Saya langsung kepikiran untuk memberi kejutan buat Mas Eet dan langsung mengabari Mudya soal ide itu. Mudya setuju, lalu segera mengabari teman-teman yang lain. Yang sempat, silakan datang ke Redaksi GitarPlus untuk ikut meramaikan suasana. Ternyata yang datang lumayan banyak. Selain 5 gitaris yang akan difoto untuk cover, juga ada Pupun RoR dan Rara istrinya, Tyo Zi Factor, Medi Suckerhead, Puguh Kribo, Iwan Cummie, Fajar dan Rizal perwakilan dari Paguyuban Gitaris Jogja yang kebetulan lagi beredar di Jakarta, Eben Andreas dan Lucky dari Bekasi, dan masih banyak lagi. Saya memang senang mengumpulkan gitaris dan sepertinya saya berbakat ‘ngomporin’ gitaris untuk ngumpul. Seru aja hehe..

Inilah suasana perayaan HUT Mas Eet yang disiapkan hanya dalam waktu sehari


Dan inilah hasil foto cover untuk majalah edisi HUT ke 8 GitarPlus :


Di tengah persiapan perayaan HUT GitarPlus, saya ditelepon oleh Mbak Inez dari program Coffe Break TV One. diundang menjadi nara sumber di acara yang ditayangkan setiap hari Senin-Jumat jam 10.00 – 11.00. Ini pengalaman pertama saya tampil di TV nasional. Ketika ditelpon oleh Mbak Inez, saya langsung kepikiran untuk membagi kebahagiaan dengan mengajak teman-teman yang lain ikut tampil di program ini. Atas persetujuan pihak TV One, akhirnya saya mengajak Mudya (Editor In Chief Majalah GitarPlus) dan Aji Broken Bones (Ketua Indonesian Guitar Community) untuk menemani tampil sebagai narasumber (soalnya pengetahuan musik saya pas-pasan banget. Nanti kalau ditanya yang susah-susah kan jadi ada yang bantuin jawab ;p).

Saya juga mengajak 2 gitaris, yaitu Pupun RoR-D’Bandhits dan Andy Owen untuk ikut tampil bermain solo gitar. Tujuannya, saya ingin menunjukkan pada masyarakat umum kalau penampilan solo gitar saja bisa menjadi tontonan yang asyik dan menghibur. Ya, siapa tau aja setelah Pupun dan Owen main solo gitar di TV, nantinya bakal ada program-program TV lain yang berminat mengundang gitaris untuk tampil di TV.

Pupun memainkan lagu 'Playing with the money' yang khusus diciptakannya untuk launching buku saya 'Bermain Dengan Uang' di acara Coffe Break TV One

Dan beginilah suasana live interview di program Coffe Break TV One yang diambil di Epicentrum Walk Kuningan.


Kembali ke HUT GitarPlus, akhirnya perayaan ulang tahun dengan tema ‘8 Years of Dedication’ itu berjalan dengan lancar dan meriah. Gitaris yang tampil sebagai bintang tamu malam itu adalah I Wayan Balawan, Bengbeng Pas Band, Aria Baron, Piyu, Coki Netral, Adrian Adioetomo, Jubing Kristianto, Pupun RoR, Ezra Simanjuntak, John Paul Ivan, Andy Owen. Pemain bass yang ikut tampil adalah Ahmad Sebastio, drummer Anton Canga, dan ada 3 band berorientasi pada gitar yang ikut tampil, yaitu RoR, Zi Factor dan Noxa.


Teman-teman dari Indonesian Guitar Community yang dikomandani Aji Broken Bones ikut hadir meramaikan suasana.


Berita tentang acara HUT GitarPlus muncul di berbagai media, baik cetak maupun online. Di antaranya Koran Republika, Antara News, Rollingstone.com, Femina online, centroone.com dan lain-lain.

Liputan acara Specta Guitar 8 Years of Dedication di Koran Republika

O ya, gara-gara bikin acara ini saya jadi kepikiran untuk mulai aktif di twitter. Sebetulnya saya punya akun twitter udah lama, sejak 16 Mei 2011. Tapi selama ini saya diemin aja tanpa follower dan saya hampir nggak pernah ngetwitt. Sejak 23 Februari 2012, saya mulai aktif ngetwitt di twitter. Yang mau follow saya boleh loooh.. Akun twitter saya @intangitarplus yaaa... :)

Rabu, 01 Februari 2012

SAYA NGGAK TAKUT MEMBUAT SESUATU YANG BERBEDA

Saya nggak takut membuat sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang orang lain nggak kepikiran untuk mencobanya. Atau mungkin sebetulnya kepikiran, tapi ogah melakukannya karena berbagai pertimbangan. Bikin Majalah GitarPlus, misalnya. Sampai saat ini, GitarPlus masih menjadi majalah pertama dan satu-satunya di Indonesia yang khusus mengulas seluk beluk dunia gitar dan gitaris. Nggak ada penerbit lain yang tertarik membidik pasar ini karena segmentasinya yang sempit. Tapi saya membuatnya dengan misi yang sangat idealis, seperti yang pernah saya ceritakan di tulisan saya yang dimuat di buku, ‘Bermain Dengan Uang’. Bikin majalah yang segmented, kita sulit berharap bakal mengeruk keuntungan besar dalam sekejap, kecuali kalau sebelum menerbitkan majalahnya kita sudah betul-betul memegang pasarnya dan menguasai jaringan pemasang iklannya. Dan gilanya, dua hal itu sama sekali nggak saya miliki di awal-awal saya menerbitkan GitarPlus. Modal saya cuma nekat dan hajar bleh doang!


Saya nekat bikin Majalah GitarPlus, majalah gitar pertama di Indonesia


Bisa ditebak, perjuangan saya menerbitkan GitarPlus diwarnai adegan berdarah-darah dan nyungsep-nyungsep nggak karuan. Untunglah saya menikmatinya, menganggapnya sebagai bagian dari proses belajar yang harus saya jalani untuk menjadi pengusaha yang lebih baik dan lebih memahami bisnis ini. Biarpun bolak-balik jatuh, keinjek-injek, nyungsep, kebentur-bentur sampai babak belur, saya selalu berusaha bangun lagi dan nggak mau menyerah sebelum memenangkan pertempuran. Sampai kemudian akhirnya saya ketemu celahnya dan berhasil membuktikan bahwa majalah dengan segmentasi sempit seperti GitarPlus bisa juga eksis dan diakui keberadaannya di kalangan gitaris dan penggemar gitar di Indonesia, bahkan di beberapa negara di dunia.

Begitu juga saat membuat event gitar-gitaran. Selama ini sebetulnya banyak distributor alat musik yang membuat acara gitar, tapi formatnya lebih ke klinik demo produk yang bertujuan untuk mempromosikan sebuat produk alat musik tertentu. Kalau bukan klinik demo produk, acara gitar-gitaran biasanya berbentuk konser. Saya nekat memadukan keduanya. Ada sessi tanya jawab interaktif seperti di klinik demo produk –tapi pertanyaannya lebih luas, tidak hanya seputar seputar alat musik. Ada kesempatan untuk saling sharing seputar dunia gitar antara bintang tamu dan penonton. Dan ada penampilan para gitaris di panggung yang diselingi games berhadiah yang membuat suasana akrab dan hangat. Untuk acara Pesta Gitaris ‘Guitar For Fun’, saya bahkan memberlakukan tiket masuk untuk setiap penonton yang ingin menikmati acara ini. Sebuah ide yang membuat saya dianggap ‘ajaib’ oleh banyak orang karena acara klinik gitar biasanya gratis, bahkan ketika bintang tamunya adalah gitaris dunia seperti Paul Gilbert, Kiko ‘Angra’, Herman Lee ‘Dragon Force’, Jeff Loomis, Mattias IA Eklund, dan lain-lain.

Saya akui, pada awalnya banyak pihak yang sulit menerima konsep acara yang saya sodorkan. Distributor alat musik biasa membuat acara sendiri, khusus untuk mempromosikan satu atau beberapa merk alat musik yang bernaung di bawah perusahaan yang sama. Nggak ada ceritanya gitar merk A klinik produk bareng ampli gitar merk B, misalnya. Tapi di acara yang saya buat, saya mengajak beberapa distributor untuk ikut berpartisipasi men-support acara. Yang ada saya ditolak, dicuekin, dan diketawain. “Masa klinik bareng kompetitor?” ujar beberapa teman dari distributor alat musik di awal-awal saya membuat konsep ‘Guitar For Fun’.

Langsung saya jawab, “Tolong sudut pandangnya diubah dulu ya. Saya bikin acara yang mengumpulkan banyak gitaris. Yang tampil di panggung gitaris, penontonnya juga gitaris dari berbagai komunitas gitar di kota itu. Saya menawarkan ke perusahaan Anda untuk berpromo di acara ini karena menurut saya acara ini adalah tempat yang tepat untuk promosi produk alat musik, khususnya yang berhubungan dengan gitar. Kalau nggak mau, Anda rugi sendiri karena kompetitor Anda berpromo di situ.”

Nggak gampang meyakinkan orang untuk setuju dengan pola pikir dan cara pandang saya. Apalagi yang saya tawarkan adalah sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada sebelum-sebelumnya. Tapi saya yakin dengan apa yang saya lakukan. Biarpun dicuekin dan diketawain, saya maju terus dengan keyakinan saya. Sejalan dengan waktu, terutama setelah saya bisa membuktikan bahwa acara yang saya buat memang bagus dan bermanfaat bagi gitaris serta pihak-pihak yang berkepentingan di dunia gitar, akhirnya pelan-pelan beberapa distributor alat musik bisa menerima konsep yang saya tawarkan, bahkan kemudian ikut berpartisipasi men-support acara tersebut secara bersamaan. Saat ini, penyelenggaraan event Pesta Gitaris ‘Guitar For Fun’ selalu disupport oleh beberapa distributor alat musik.

Setelah pihak-pihak yang berkecimpung di dunia musik bisa menerima dan memahami konsep acara yang saya buat, saya tertantang untuk meyakinkan pihak lain di luar dunia musik. Bagi orang awam yang bukan penggemar gitar, acara gitar-gitaran seringkali dianggap kurang menarik dan menghibur. Apa serunya beberapa gitaris ganti-gantian tampil di panggung? Beberapa perusahaan besar yang saya kirimi proposal untuk diajak kerja sama sponsorship rata-rata mempertanyakan, di mana sisi komersilnya acara ini?


Siapa bilang acara gitar doang nggak menarik? Nih, buktinya penontonnya sebanyak ini!


Tapi saya pantang menyerah. Ditolak di satu perusahaan, saya coba ke perusahaan yang lain. Proposal saya nggak ditanggapi, saya kirim lagi proposal ke lebih banyak perusahaan lain. Saya selalu berpikir positif bahwa konsep yang saya buat tidak jelek. Kalau tawaran kerja sama saya ditolak mungkin hanya karena kurang cocok dengan perusahaan yang saya ajak kerja sama. Saya yakin dengan apa yang saya lakukan dan tekun memperjuangkannya, nggak peduli orang bilang apa. Lama-lama ada juga tuh hasilnya. Akhirnya ada sebuah perusahaan yang rajin mensponsori acara gitar-gitaran saya yang awalnya dianggap kurang menarik.

Membuat sesuatu yang berbeda memang nggak mudah. Butuh kreatifitas dan keberanian lebih untuk memulainya, serta ketekunan dan keyakinan untuk menjalaninya sebelum akhirnya apa yang kita buat bisa diterima oleh orang-orang di sekitar kita. Sulit pada awalnya, tapi kalau sudah terbukti hasilnya tentu akan memberikan kepuasan yang berbeda juga. Dan saya memilih melakukan yang beda itu karena kalau hanya selalu melakukan yang biasa-biasa saja saya akan jadi begitu-begitu saja. Dengan penuh kesadaran saya memilih jalan yang sempit dan sulit untuk menjadi berbeda daripada melaju di jalan yang sering dilalui orang hanya untuk menjadi sama dengan yang lain. Dan saya percaya, Majalah GitarPlus serta acara gitar-gitaran yang saya buat bisa bertahan sampai sejauh ini justru karena berbeda dengan yang pernah ada.

Selasa, 31 Januari 2012

DIMULAI DI JANUARI

Nggak terasa udah awal tahun lagi. Belakangan ini, blog saya agak terbengkalai karena yang punya blog sibuk terus lari-larian ke sana kemari Saya sendiri juga bingung kenapa saya bisa jadi sesibuk ini yak? Padahal bisnis utama saya cuma menerbitkan Majalah GitarPlus lho. Hmmm... nggak cuma itu sih, selain menerbitkan GitarPlus, saya juga buka toko alat musik dan studio rental musik (GH Music & Studio Bintaro dan GH Music Graha Raya), buka kursus gitar, rajin bikin event-event gitar di seluruh Indonesia, hobi menuliskan pengalaman di blog, mengurus anak dan suami di rumah, rutin nge-gym seminggu tiga kali, liburan, jalan-jalan keluar kota, dan masih suka meluangkain waktu untuk menyapa teman-teman saya, baik di dunia maya maupun di dunia nyata.. Wah, ternyata aktifitas saya memang padat merayap kayak jalanan menuju Puncak saat long weekend.. Hahahaaa..

Akhir Januari ini, saya sekeluarga menyempatkan diri liburan ke Puncak untuk refreshing. Pulang dari Puncak, kami sampai di Jakarta sore hari. Belum juga masuk ke dalam rumah, tiba-tiba saya di-SMS Mbak Mawar, wartawan Kompas Minggu, yang minta waktu untuk mewawancarai saya. Janjian Rabu, 25 Januari 2012 siang, Mbak Mawar SMS saya Selasa, 24 Januari 2012 jam 17.30-an sore. Kalau yang mau diwawancara saya doang sih nggak masalah, tapi Mbak Mawar pengen mewawancarai saya dengan beberapa gitaris sesuai dengan tema tulisannya.

Jadilah sepanjang sore itu saya langsung sibuk menghubungi teman-teman gitaris siapa aja yang kira-kira bisa datang besok paginya. Nggak lupa saya kabarin Mudya juga biar siap-siap diwawancara karena Mudya salah seorang sosok penting di balik penerbitan Majalah GitarPlus. Dia tuh yang wawasan musiknya, khususnya yang berkaitan dengan dunia pergitaran, luas banget. Makanya, saya yang nggak bisa main gitar dan nggak ngerti gitar bisa bikin majalah GitarPlus, ya karena ada Mudya yang mengurus redaksinya.. :D

Dan karena mengundang teman-teman gitaris untuk datang, saya pun lalu sibuk menyiapkan konsumsi. Aduh, saya ini memang emak-emak banget yak? Mau diwawancara, bukannya dandan ke salon atau pilih-pilih baju yang bagus buat difoto, malah ngurusin konsumsi. Ya habis gimana lagi, justru di situlah letak kebahagiaan saya. Bisa bikin gitaris-gitaris ngumpul dan bersenang-senang bareng lebih membahagiakan buat saya daripada sibuk dandan biar keliatan cantik jelita pas difoto nanti, karena memang dasarnya tampang saya begini-begini, diapa-apain juga udah mentok hahahaa...

Hari itu, saya berhasil membuat tukang soto yang biasa mangkal di dekat kantor GitarPlus ngungsi ke garasi kantor untuk makan siang para tamu yang bakal datang. Nggak disangka-sangka, undangan yang saya –dibantu Mudya- sebar di bbm dan facebook dalam waktu semalam saja ternyata mendapat respon luar biasa. Rabu, 25 Januari 2012, sekitar 30 gitaris nongol di kantor redaksi GitarPlus, tempat saya janjian wawancara dengan Mbak Mawar. Gitaris antar kota antar provinsi nongol di acara itu, di antara Eben Andreas, Bonych dan Amri Jm dari Bekasi, Lucky dari Tegal, Ilham dari Makassar, Iwan Cummie, Irvan Askobar, Andy Owen, Ezra Simanjuntak, Beben Jazz, Bengbeng PAS Band, Adrian Adioetomo, Stevie Item dan lain-lain semua datang dengan ceria. Inilah sebagian foto-fotonya :


Gitaris antar kota antar provinsi ngumpul semua di redaksi GitarPlus


Owen, Mudya, dan Stevi Item. Semuanya pake kaos item padahal nggak janjian :p


Dan inilah hasil wawancaranya setelah dimuat di Kompas Minggu, 29 Januari 2012.


Ayo, ada lagikah media yang tertarik mewawancarai gitaris-gitaris Indonesia? Komunitas gitaris di Indonesia adalah komunitas yang besar lho, cuma mungkin belom banyak yang tahu aja hehe..

Kamis, 05 Januari 2012

UNTUNG KAMI SAMA GILANYA

Saya memang hobi gila-gilaan. Salah satu hal gila (lagi) yang saya lakukan beberapa waktu lalu adalah nekat menggelar acara tanpa dukungan dari sponsor. Iya sih, dulu awalnya saya juga sering bikin acara nggak ada sponsornya. Tapi belakangan ini saya selaluberusaha menggandeng sponsor biar saya sering-sering bikin acara. Soalnya tanpa sponsor saya bakal babak belur kalau harus membiayai sendiri semua biaya acara.

Di tulisan sebelumnya, saya cerita kalau saya berencana bikin acara Guitar Party with Mattias Eklundh & Friend gara-gara mendengar kabar Mattias Eklundh, gitaris asal Swedia, akan berada di Jakarta pada tanggal 27 - 30 Oktober '11. Dari awal saya yakin banget acara ini bakal disponsori oleh perusahaan rokok yang selama ini rajin mensupport acara saya. Tapi ternyata pelaksanaan acara saya yang satu ini timing-nya nggak pas. Di bulan yang sama, perusahaan rokok tersebut sedang mempersiapkan launching brand baru dan sudah punya segudang jadwal acara sampai akhir bulan. Tapi saya tetap nekat mengajukan proposal. Kira-kira seminggu menjelang acara, barulah saya dapat kabar memilukan; perusahaan rokok 'langganan' itu nggak bisa mensupport acara saya kali ini. Huaaaa!

Biaya yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan acara ini jelas nggak sedikit. Bawa bintang tamu gitaris kaliber dunia gitu loh. Meskipun orangnya asyik dan rock n roll, tetap saja ada beberapa standar yang harus dipenuhi untuk mendatangkannya ke Bandung. Dan itu semua berhubungan dengan biaya. Untunglah untuk penyelenggaraan acara ini saya bekerja sama dengan distributor alat musik yang mendatangkan Mattias Eklundh ke Indonesia dalam rangka tour clinic. Jadi, kami bisa berbagi beban untuk beberapa komponen biaya, meskipun tetap saja seluruh biaya produksi acara menjadi tanggung jawab saya.

"Gimana ini, Mbak? Kalau nggak ada sponsornya acara tetap jalan atau nggak?" tanya beberapa teman dari komunitas gitaris di Bandung yang rencananya akan ikut tampil memeriahkan acara itu.

Dari awal saya sudah bertekad untuk tetap menyelenggarakan acara ini, dengan atau tanpa sponsor. Saya sudah siap dengan kemungkinan terburuk. Kalau nggak ada sponsor yang bersedia men-support, berarti saya harus rela membongkar celengan ayam untuk membiayai seluruh kebutuhan acara. Anggap saja lagi belajar biar lebih pinter. Selama ini saya sudah mulai fasih bikin acara gitar-gitaran dengan bintang tamu gitaris lokal. Sekarang, untuk pertama kalinya saya akan mengadakan acara dengan bintang tamu gitaris bule. Pengalaman baru buat saya tuh! Nah, kalau ada biaya yang harus saya keluarkan untuk mendapat pengalaman baru ini, anggap saja itu untuk membayar uang sekolahnya. Orang sekolah juga kan harus bayar SPP. Nggak ada ruginya kok kita keluar biaya kalau memang itu bakal bikin kita tambah pintar. Lagian nggak semua orang kan bisa punya kesempatan belajar hal-hal seperti ini? Jadi.. Hajar bleeeeh!

Di saat-saat seperti ini saya sungguh bersyukur punya suami yang selalu mendukung ide-ide gila saya. Eh, sebetulnya kami berdua sama gilanya sih. Mungkin itulah yang bikin kami nggak sembuh-sembuh, soalnya kalau salah satu dari kami udah mau sembuh, yang lain sering kumat dan menulari.. hahahahaa.. Yang jelas, suami sama sekali nggak keberatan ketika akhirnya saya betul-betul harus membiayai seluruh produksi acara dengan dana pribadi. Iyalah, masa sudah repot-repot mempersiapkan acara sekeren ini saya harus mundur cuma gara-gara nggak ada sponsor? Sayang amat!
Ayo, dengan atau tanpa sponsor harus tetep semangaaaat!

Belakangan, ternyata semangat saya menular ke banyak teman gitaris di berbagai kota. Menjelang acara saya berhasil ngomporin teman-teman dari Yogyakarta, Surabaya dan Jakarta untuk ikut datang untuk tampil atau sekedar memeriahkan acara dengan suka rela. Saya lalu menghubungi teman-teman gitaris di Bandung, meminta kesediaan mereka untuk menjadi tuan rumah untuk teman-teman gitaris yang datang dari kota lain. Pesan saya, “Tolong kasih tumpangan untuk teman-teman gitaris dari luar kota. Suatu saat, kalau saya bikin acara juga di Yogya, Jakarta, atau Surabaya, mereka akan gantian ngasih tumpangan ke kalian.” Dengan begitu, saya berharap gitaris-gitaris dari berbagai kota bisa saling mengenal dan saling memupuk solidaritas.
Sesama gitaris harus kompak dong! ^_^

Dan jadilah Jumat, 28 Oktober 2011 lalu sebagai salah satu hari yang istimewa buat saya. Hari itu untuk pertama kalinya saya menyelenggarakan acara dengan bintang tamu gitaris kaliber dunia. Tapi yang lebih penting, di acara itu saya berhasil membuat gitaris dari Jakarta, Bekasi, Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan Swedia tampil bersama dalam satu panggung. Selain Mattias Eklundh sebagai bintang tamu utama, ada 20 gitaris Indonesia, 1 orang bassist dan 1 orang drummer yang beraksi di panggung malam itu.

Saya sangat menghargai usaha teman-teman gitaris yang jauh-jauh dari luar kota untuk datang ke acara ini; Arie Pablo dan Aditya Rahman dari Surabaya; Ardi Ardian, Mahendra Yogaswara (drummer), Sidi, Abi Sulaksono, Karakinda Krisna, Fajar Sukendra, Muhamad Rizal, Chandra, dan Rudi dari Yogyakarta, Eben Andreas, dan Amri Jm dari Bekasi; Bolga, Balum, Adrian Adioetomo, Pupun Dudiyawan dan Rara dari Jakarta. Juga buat teman-teman gitaris di Bandung; Aji Brokenbones, Billy Mujizat, Trian Nugraha, Mamat Skill, Art Win, Febrian Novanto, Ivan Fabian Devota, Sangkuy, Yqin Bee, Gilang, Cevi, dan Andi MF, Albert Islami dan Mas Aam dari Guitartaintment, Pasundan Guitar Community, dan Indonesian Guitar Community yang ikut pontang-panting membantu persiapan serta kelancaran acara. Nggak lupa MC malam itu, Duta dan Budy Kurnia -yang sekaligus menjadi bassist yang memeriahkan sesi ngejam di acara ini. Juga semua teman yang bela-belain menembus hujan lebat untuk datang menyaksikan acara bersejarah ini.

Bersejarah? Iyalah. Belum tentu setahun atau dua tahun sekali bisa kejadian lagi nih acara kayak begini. Selama ini aja, setau saya belum pernah ada acara yang membuat gitaris junior sekaligus senior di Indonesia bisa tampil satu panggung dengan gitaris dunia, ngejam bareng pula! Ide saya memang suka aneh-aneh dan gila. Tapi justru itu yang membuat acara saya berbeda. Betul kan? :D

*tulisan ini sebetulnya udah lama saya bikin, tapi baru sempat diupload sekarang karena akhir-akhir ini saya sibuk melayani permintaan penggemar yang pada maksa foto bareng + minta tanda tangan :p