Rabu, 23 Maret 2011

AMBIL DULU HATINYA, BARU KEMUDIAN ROGOH DOMPETNYA :-D

Beberapa waktu lalu toko musik saya kedatangan pembeli yang 'antik'. Iyalah, cuma beli senar 1 biji aja cerewetnya setengah mati. Nawarnya nggak kira-kira lagi!

"Senar merk anu harganya berapa, Mas?" Tanya si bapak ke penjaga toko saya.

"Enam puluh ribu, Pak," jawab pegawai saya sopan.

"Mahal amat! Enam puluh ribu 3 ya!" Si bapak menawar dengan kejam tanpa perasaan. Dikira jualan senar untungnya banyak banget kali ya.. Kalo iya kan udah dari kemaren-kemaren orang pada rame-rame alih profesi jualan senar. ^^d

"Nggak bisa, Pak," jawab pegawai saya lagi.

"Kalo ampli kayak gini berapaan nih?" Si bapak ganti nunjuk sebuah ampli keyboard.

"Price list-nya 3 juta.." Belom selesai pegawai saya ngomong, udah langsung disamber sama si bapak, "Mahal! Di toko lain saya pernah liat harganya cuma sejutaan. Kalo jualan jangan mahal-mahal, nanti orang kapok dateng ke sini!"

Tanda-tandanya pegawai saya mulai nyolot nih denger omongan si bapak. Wajahnya udah berubah, kepalanya pun mulai berasap *kartun banget* :-D Melihat situasi yang mulai 'memanas', saya dan suami langsung ikut turun tangan.

"Di toko mana, Pak, liat ampli kayak gini harganya sejutaan?" Tanya saya ramah sambil senyum-senyum tanpa dosa.

"Ada, di deket rumah saya."

Ampun deh, ketauan amat bo'ongnya! Kalo di toko deket rumahnya ada ampli persis sama seperti yang dijual di toko saya dengan harga jauh lebih murah, ngapain juga si bapak jauh-jauh ke toko saya? Pasti cuma main gertak aja. Dan saya nggak mau kalah gertak. "Kalo harganya sejutaan, saya mau dong pesen selusin. Soalnya yang ini saya modalnya aja udah di atas 2 juta.."

Hening. Si bapak mati gaya. Hahaha..

Selama buka toko alat musik, nggak sekali dua kali saya ketemu pelanggan bawel yang suka ngerjain penjual. Semua barang ditunjuk, dicobain, dikomentarin.. buntutnya nggak ada yang dibeli. Ada juga yang hobi nawar gila-gilaan, ngalah-ngalahin semangat emak-emak kalo lagi nawar belanjaan di pasar. Belom lagi yang resehnya minta ampun. Beli stick drum sepasang aja gayanya kayak yang mau borong toko.

Menghadapi berbagai karakter orang yang datang ke toko, saya dan suami kompak untuk tetap sabar dan murah senyum. Kan pelanggan adalah raja. Jadi, biarpun mereka bertingkah aneh-aneh, tetap harus dilayani sebaik-baiknya dong. Soalnya sejak awal saya sadar, bisnis yang saya jalani saat ini adalah bisnis layanan. Kalau orang senang dan puas dengan pelayanan kami, mereka pasti datang dan datang lagi. Sebaliknya, kalau kecewa ya langsung ngilang ke toko sebelah yang bisa jadi lebih ramah atau lebih murah. Syukurlah nggak semua pelanggan toko saya suka cari perkara. Banyak juga yang baik, nggak banyak nawar, royal, ramah, dan setia bolak-balik belanja lagi di toko saya.

Dan inilah beberapa percakapan antara saya dan calon pembeli di toko yang rata-rata berujung dengan semakin mesranya relasi kami :

"Beli pick gitar bonusnya apa nih?" Ujar salah seorang pelanggan toko saya suatu hari. Yaelah, beli pick tiga rebu perak minta bonus.

"Boleh pilih, Mas, bonusnya mau dicium Arman apa Tego?" Sahut saya spontan sambil menunjuk ke 2 pegawai toko saya. Bisa ditebak, si Mas memilih untuk nggak mengambil bonusnya.. :-p

"Mba, beli gitarnya bisa dicicil nggak?" Kata pelanggan yang lain lagi.

"Bisa aja, pake kartu kredit."

"Saya nggak punya kartu kredit. Saya langsung nyicil ke Mbak aja deh."

"Boleh.. Cicil 3 kali, tapi bayar cicilannya 5 menit sekali ya!"

"Biola kecil gini aja kok mahal sih?" Ini komentar pelanggan yang lain lagi.

"Kalo mau yang besar dan murah, beli papan penggilesan aja, Bu."

Sejauh ini sih nggak ada pihak yang sakit hati. Paling si Arman dan Tego aja yang agak deg-degan, takut ada pelanggan cowok yang -siapa tau- beneran pengen dapet bonus cium hahaha..

Kembali ke si bapak super cerewet yang saya curigai kebanyakan makan pepaya sebelum berangkat ke toko saya, daripada memusuhinya saya memilih untuk tetap melayaninya dengan sebaik-baiknya. Terserah si bapak mau ngomong apa, saya dan suami tetap melayani dengan baik sambil membawa serta 'Mbok Sabar'. Prinsip kami, siapa pun yang datang ke toko saya sebisanya kami buat merasa senang dan nyaman. Jadi beli atau nggak urusan belakang. Tapi berdasarkan pengalaman, orang kalau sudah merasa senang dan nyaman biasanya lebih gampang dirayu untuk beli barang atau membuat kesepakatan-kesepakatan. Saya menyebutnya jurus 'Ambil dulu hatinya, baru kemudian rogoh dompetnya'.

Begitu juga dengan si bapak yang tega-teganya nawar senar sepertiga dari harga awal ini. Hari itu si bapak memang nggak beli apa-apa dari toko saya. Tapi beberapa hari kemudian dia balik lagi dan memborong alat musik untuk melengkapi studio musik yang baru dibuatnya dengan total belanja hampir Rp 100 juta. Sampai sekarang, setiap kali butuh alat musik si bapak pasti datang ke toko saya. Mungkin setelah survey kemana-mana dia baru sadar toko saya paling murah. Atau bisa jadi, cuma di toko saya dia selalu disambut dengan ramah dan meriah hahaha..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar