Kamis, 29 Oktober 2009

MENTAL PENGUSAHA

Waktu memutuskan jadi pengusaha, saya sadar banget kalau salah satu hal penting yang harus saya punya adalah mental sekuat baja. Saya harus tahan banting dan nggak boleh gampang menyerah, harus rada nekat dan juga bermuka tembok. Buat saya jadi pengusaha itu menyenangkan sekaligus menyeramkan, kayak naik Kora-Kora di Dufan. Lagi enak-enak di puncak, tiba-tiba meluncur ke bawah dengan kecepatan tinggi. Belum hilang kagetnya, tahu-tahu udah 'dilempar' ke atas lagi. Deg-degannya bikin saya ngeri-ngeri sedap. Bedanya; kalau naik Kora-Kora ayunannya jelas dan bisa ditebak. Setelah ke atas pasti ke bawah, begitu juga sebaliknya. Sementara kalau menjalankan usaha, kita nggak tahu apa yang bakal terjadi di depan mata. Habis diayun ke atas saya bisa aja naik lebih ke atas lagi. Tapi bisa juga habis diayun ke bawah, bukannya naik saya malah tambah nyungsep. Di situlah mental saya diuji.

Dulu waktu pertama-tama jadi pengusaha, saya suka nangis-nangis bombay kalau usaha saya rugi, ditipu orang, atau terseok-seok karena belom ketemu celahnya Apalagi kalau sampai terancam bangkrut, waduh.. saya bisa cepet kurus gara-gara mendadak nggak doyan makan dan susah tidur. Tapi pengalaman menempa dan mengajari saya untuk lebih tegar dan pasrah menghadapi apa pun yang terjadi. Soalnya ternyata saya cuma bisa berusaha sebaik-baiknya, tapi segala sesuatunya udah diatur sama si Bos penguasa alam.

Peristiwa yang saya alami minggu lalu, misalnya. Pagi-pagi saya ditelepon orang dari sebuah advertising agency. Ia minta dibuatkan penawaran karena kliennya pengen pasang iklan di salah satu majalah saya. Nggak tanggung-tanggung, pasang iklan beberapa halaman sekaligus. Saya langsung semangat. Wah, bakal dapet tangkapan besar nih..

Setelah beberapa kali telepon dan email-emailan, akhirnya saya dapet kabar kalau penawaran saya udah di-approve sama kliennya. Malam-malam waktu saya udah pulang, orang advertising itu ngefaks surat persetujuan pemasangan iklan ke kantor saya dan minta saya tanda tangan lalu ngefaks balik ke kantornya malam itu juga. Saya langsung joged-joged india saking senengnya. Malam itu juga saya bela-belain balik ke kantor dengan riang gembira. Nilai iklannya memang 'cuma' beberapa puluh juta rupiah *nggak sampe miliaran* tapi buat saya luar biasa.

Paginya saya berangkat ke kantor dengan hati berbunga-bunga. Sampai di kantor, saya disambut berita duka; pemasangan iklan dibatalkan dengan semena-mena. Alasannya, klien mendadak memutuskan untuk memangkas budget promo di media. Tragis banget kan? Cuma dalam beberapa jam saya 'kehilangan' puluhan juta rupiah yang udah hampiiiir... banget jadi milik saya. Tadinya saya masih ngotot mengusahakan biar kerja sama itu nggak batal, tapi ternyata percuma. Ya udah, akhirnya saya cuma bisa pasrah. Berarti bukan rejeki saya.

Kecewakah saya? Sejujurnya, iya. Mana ada sih orang yang malah sorak-sorak bergembira waktu uang yang udah di depan mata tiba-tiba lepas gitu aja? Tapi saya nggak kecewa berlama-lama. Sebentar kemudian saya udah ketawa-ketawa dan kerja lagi seperti biasa. Yang udah lewat ya udah biarin aja. Dipikirin terus juga nggak ada gunanya. Bisa-bisa malah bikin saya gila.. :p

Pengalaman lain, masih baru banget nih, waktu jualan alat musik di bazzar Bank Permata seperti yang saya ceritain di tulisan saya sebelumnya. Hari pertama sampai kelima, dagangan saya laris manis diserbu pembeli. Saya udah ge-er setengah mati, di hari terakhir bazzar (Sabtu, 24 Okt '09) yang merupakan acara puncak, pasti penjualan meningkat pesat. Hari sebelumnya suami sampe bela-belain belanja banyak barang lagi karena takut kehabisan stock. Beneran deh, hari Sabtunya, pagi-pagi gitar dagangan saya udah laku 2 biji. Pengunjung lagi seru-serunya ngerubutin stand saya, eh tiba-tiba turun hujan angin dereeees banget. Sialnya, panitia acara ternyata nggak mengantisipasi kondisi ini. Atap tenda saya bocor merata, sementara dari arah samping air mengalir membanjiri lantai stand Saya, suami dan karyawan kami langsung kalang kabut menyelamatkan barang dagangan. Gitar, bass, ampli, drum.. itu kan barang-barang yang nggak bisa kena air semua! Saya bisa rugi besar kalo barang dagangan saya sampe kebasahan. Dibantu seorang pembeli yang baik hati dan mas-mas penjaga stand sebelah, saya akhirnya berhasil memindahkan barang dagangan ke tempat yang aman. Tapi ada satu ampli -kebetulan yang mahal lagi- terlanjur basah karena nggak keburu diselamatkan. Bukannya untung, saya malah terancam rugi. Apalagi bazzar mendadak sepi karena pengunjung langsung bubar.

Tapi saya dan suami nggak lama-lama 'meratapi nasib'. Waktu hujan berhenti, pelan-pelan dibantu karyawan kami mengelap satu per satu barang dagangan yang basah lalu memajangnya lagi di stand yang porak poranda. Pengunjung belum bubar semua kok. Masih ada satu dua yang mondar-mandir. Siapa tahu ada yang 'khilaf' mampir ke stand kami.. :)

Bener aja, dalam kondisi serba darurat ternyata masih ada beberapa transaksi terjadi. Padahal pembeli udah nggak bisa nyobain gitar, bass, dan ampli yang mau mereka beli karena waktu hujan tadi listrik diputus sama panitia. Yang ajaib, ada seorang pengunjung awalnya cuma iseng-iseng nyobain gitar akustik seharga Rp 600 ribu. Dia nawar nggak saya kasih karena keuntungannya memang tipis banget. Tau-tau dia ngelirik gitar listrik seharga Rp 2,5 juta, eh nggak pake nawar, nggak pake nyobain langsung beli tuh gitar. Penjualan hari itu memang nggak sebesar yang saya perkirakan, tapi lumayanlah.. Saya masih beruntung dibandingkan beberapa stand lain yang cuma bisa gigit jari karena hampir nggak ada pembeli.

Menjelang pulang, tiba-tiba saya didatangi bapak-bapak dari koperasi karyawan Bank Permata. Rupanya si bapak memperhatikan pengunjung yang antusias ngerubutin stand saya lalu menawarkan kerja sama. Saya boleh memajang barang dagangan atau sekedar meletakkan brosur di koperasi, nanti kalau ada karyawan yang tertarik bisa membeli dengan memanfaatkan fasilitas cicilan yang disediakan koperasi. Senin (26 Okt '09) ini saya ditunggu di kantor si bapak untuk ngomongin kontraknya.

Wah, saya seneng banget! Kemaren-kemaren salah satu kendala di toko saya adalah orang nggak bisa beli barang dengan cara kredit. Padahal nggak semua orang siap bayar tunai waktu mau beli barang berharga jutaan. Dengan adanya kerja sama ini, paling nggak karyawan Bank Permata yang naksir barang dagangan saya bisa bayar dengan cara kredit.

Ini nih yang namanya ada anugerah di balik musibah... :-D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar