Minggu, 29 Maret 2009

MEMBUAT LANGKAH PERTAMA

Minggu lalu saya ke Bandung untuk suatu urusan pekerjaan. Saat ada waktu luang, saya dan suami mampir ke rumah salah seorang teman yang baru kurang lebih setahun ini memulai usaha sendiri.

Ketika saya tiba di rumahnya, teman ini –sebut saja namanya Maman- memperkenalkan kami pada istrinya sebagai ‘orang yang telah memberinya inspirasi untuk berwiraswasta’. Wah… jadi ge-er... :D Padahal kami merasa nggak melakukan apapun lho untuk si Maman ini. Tapi memang, di awal perkenalan dulu Maman masih berstatus karyawan di sebuah perusahaan. Setelah beberapa kali sharing dan mendengar cerita-cerita saya dan suami tentang awal mula kami terjun mengelola usaha sendiri serta suka duka jadi pengusaha, ternyata Maman terinspirasi untuk mengikuti jejak kami.

Sebagai karyawan senior, ia memang sudah cukup memahami seluk beluk usaha yang sudah bertahun-tahun digeluti perusahaan tempatnya bekerja. Ia sudah punya gambaran tentang produk yang hendak dilempar ke pasaran serta jalur distribusinya, pengetahuan yang lebih dari cukup tentang sistem distribusi dan resiko-resiko yang mungkin terjadi, dan orang yang bersedia membantu memodali. Yang belum ia miliki cuma satu; keberanian untuk membuat langkah pertama.

Menurut saya, kendala yang umum dihadapi oleh orang yang ingin memulai usaha adalah kurangnya keberanian untuk memulai langkah pertama. Apalagi kalau sebelumnya orang tersebut sudah berada di posisi yang aman dan nyaman. Seperti si Maman ini. Di tempat kerjanya yang dulu, ia termasuk karyawan senior yang sudah memiliki posisi cukup tinggi. Secara materi ia hidup berkecukupan, meskipun nggak bisa dibilang sangat berlebih. Setiap bulan, Maman punya penghasilan tetap yang bisa diandalkan. Tapi setelah sekian lama ia mulai merasa pekerjaannya kurang memberi tantangan. Dan kemapanan, tentu saja. Pada saat itulah Maman mulai berpikir untuk merintis usaha sendiri di bidang yang memang sudah ia kuasai. Tapi sayang, ia nggak punya cukup nyali untuk terjun menjadi pengusaha sehingga keinginannya hanya berhenti sampai sebatas mimpi saja. Sampai kemudian ia bertemu saya dan suami, yang –katanya- mampu menginspirasi dan memotivasi dirinya untuk berani melangkah.

Dulu, di awal-awal merintis usaha penerbitan dan distribusi majalah ini, saya juga sempat ragu dan deg-degan saat akan mulai melangkah. ‘Aduh, bisa nggak ya saya menjalankan usaha ini? Berhasil nggak ya? Wah, jangan-jangan gagal, terus saya bangkrut…’ pikir saya waktu itu.

Untunglah nyali dan tekat saya lebih besar dan mampu mengalahkan semua ketakutan itu. Saya memberanikan diri untuk membuat langkah pertama dan meskipun terseok-seok, jatuh bangun bahkan kadang sampai tersungkur dan babak belur, saya terus melangkah ke depan. Hajar bleh! :D Pokoknya saya berusaha melakukan yang terbaik yang saya bisa lakukan hari ini, nggak perduli bagaimana pun hasil akhirnya. Kesalahan yang pernah saya buat saya jadikan pelajaran agar di kemudian hari nggak membuat kesalahan yang sama. Apapun yang terjadi, saya tetap fokus pada tekad untuk membesarkan usaha ini. Saya nggak pernah berpikir untuk berhenti atau berganti usaha sebelum yang satu ini berhasil. Suatu hari, saat saya berhenti sejenak untuk melihat ke belakang, barulah saya sadari kalau ternyata saya sudah melangkah begitu jauh dan begitu banyak keberhasilan yang sudah saya raih. Saya bahkan sudah memiliki segala sesuatu lebih daripada yang berani saya impikan sebelumnya!

Saya cuma ingin bilang, jangan pernah takut untuk membuat langkah pertama. Pada tahap ini, mungkin kita akan terjatuh atau belum bisa melangkah sempurna. Nggak apa-apa. Kita nggak akan pernah tahu kita bisa berjalan atau nggak sebelum mencoba melangkah untuk pertama kalinya. Jarak atau tujuan sejauh apapun pasti bisa kita tempuh kalau kita sudah berani membuat langkah pertama. Sebaliknya, tujuan sedekat apapun tak akan pernah kita capai kalau kita hanya diam di tempat karena takut jatuh atau membuat kesalahan saat pertama kali melangkah. Jangan pernah takut jatuh karena saya percaya, justru saat jatuh bangun itulah mental dan karakter kita ditempa sehingga kemudian kita memiliki kemampuan yang cukup untuk berlari, tidak sekadar berjalan lagi.

Satu hal yang juga sangat saya yakini, saya bisa melangkah sejauh ini bukan semata-mata karena saya hebat. Rajin, pintar, dan berbakat pun bukan jaminan. Di sini, lagi-lagi, keberuntungan dan faktor-faktor di luar kuasa kita ikut berperan dalam menentukan berhasil nggaknya seseorang. Tapi jangan belum-belum sudah putus asa duluan. Jangan pernah berpikir, ‘Ah, kayaknya saya memang nggak bakat kaya, nggak bakat jadi pengusaha deh. Saya nggak mungkin bisa. Percuma juga kerja keras dan berusaha mati-matian, paling jadinya begini-begini saja.” Itu namanya belum bertempur sudah kalah duluan hehehe…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar