Minggu, 29 Maret 2009

JELI MELIHAT PELUANG

Akhir 2004, ada sebuah grup band yang menggebrak blantika musik tanah air. Bukan saja lantaran vokalisnya kebetulan berwajah tampan, tapi lagu-lagu yang dinyanyikannya memang enak didengar dan gampang diingat. Perlu nggak saya sebutin nama band itu? Nggak usah lah ya… Pokoknya, waktu itu Hugo yang umurnya 3 tahun aja belum genap udah hafal mati syair salah satu lagu band ini yang ngetop banget...

Sukakah saya sama band ini? Suka sih… Tapi kalau saya kepikiran menerbitkan Majalah Mr. G Spesial, bukan semata-mata saya ngefans banget sama lagunya, tapi terlebih karena saya melhat peluang besar untuk meraup keuntungan. Iyalah, secara ini band lagi ngetop banget di seluruh pelosok Indonesia… segala sesuatu yang berhubungan dengannya pasti laku dijual, termasuk majalah yang khusus berisi semua lagu band ini dari awal berkarir sampai album terakhir. Di edisi khusus itu, saya juga menampilkan profil masing-masing personil, cerita seputar perjalanan karir dan album mereka, dengan tambahan bonus berupa sticker. Harga jualnya Rp 4.000,- per majalah.

Februari 2005 saya melempar Majalah Mr. G Spesial ini ke pasaran dan reaksi pasar sunguh luar biasa. Nggak sampai seminggu, majalah sudah habis sampai agen dari seluruh Indonesia nelepon-nelepon ke kantor untuk minta tambahan jatah. Sayangnya waktu itu saya nggak mencetak dalam jumlah yang sangat banyak, cuma mencetak sesuai jatah yang biasa diminta agen. Retur hampir nggak ada (sampai-sampai saya sendiri nggak punya majalah edisi itu saking lakunya ^_^). Dalam waktu sekejap saya berhasil meraup keuntungan besar dari penjualan majalah ini.

Keuntungan dari penjualan majalah itu lalu saya pakai untuk membayar DP sebuah rumah mungil di Bintaro –masih satu cluster dengan rumah pertama yang saya jadikan kantor. Saya memang sudah memutuskan untuk selamanya memisahkan tempat tinggal dengan kantor. Karena rumah pertama sudah terlanjur menjadi kantor, saya perlu satu rumah lagi untuk ditinggali mengingat rumah yang saya tempati saat itu adalah rumah kontrakkan yang hampir habis masa kontraknya.

Proses saya dan suami mendapatkan rumah kedua ini cukup unik. Dari awal melihat model bangunannya, saya dan suami langsung tertarik ingin memiliki rumah tersebut. Tapi waktu mencari informasi ke kantor pemasaran, ternyata rumah dengan tipe seperti yang kami inginkan sudah terjual semua. Habis sama sekali, nggak ada sisa satu unit pun. Dengan kecewa saya meninggalkan kantor pemasaran, tapi belum sampai mobil kami keluar dari pelataran parkir, tiba-tiba marketing yang membantu kami saat itu menelepon, memberi tahu kalau ada seorang pembeli yang batal membeli salah satu rumah dengan tipe yang kami taksir karena pengajuan KPR-nya ditolak oleh bank.

“Kalau Mbak Intan serius, sekarang langsung bayar tanda jadi saja. Nanti setelah proses pembatalannya beres, tinggal bayar DP-nya kalau memang mau pakai fasilitas KPR,” kata mbak marketing waktu itu Waduh, memang bener ya, yang namanya beli rumah itu jodoh-jodohan. Kalau memang sudah jodoh, nggak bakal lari kemana hehe…

Saat itu April 2005. Harga rumah saya masih sekitar Rp 178 juta-an, LB/LT 41/72 m2. Waktu itu DP-nya 20%, jadi sekitar Rp 35 juta-an dan saya mengajukan KPR dengan plafon 60 bulan dengan cicilan kurang lebih Rp 3 juta. Ditambah biaya akad kredit, biaya bank dan lain-lain, saya harus menyiapkan uang sekitar Rp 50 juta di proses awal pembelian rumah ini. Setelah dibangun menjadi 2 lantai dan direnovasi di sana sini dengan biaya minim (kurang lebih cuma Rp 60 juta, karena saya dan suami rajin berburu material yang murah meriah tapi nggak murahan), saat ini rumah yang saya tempati sudah bernilai lebih dari dua kali lipat dari saat pertama saya beli dulu. Biarpun mungil, saya cinta banget sama rumah ini karena selain sudah direnovasi sesuai selera saya dan suami, rumah ini dekeeet banget sama rumah pertama yang saya jadikan kantor. Nggak sampai sepuluh menit jalan kaki, bahkan Hugo bisa sewaktu-waktu nyusul saya ke kantor naik sepeda.

Wah, kalau nggak jeli melihat peluang dan nekat menerbitkan Mr. G Spesial ini, saya pasti nggak bakal sanggup menyiapkan uang sebanyak itu (untuk bayar DP dan renovasi rumah) dalam waktu singkat. Kayaknya saya harus berterima kasih sama band ini deh.. :-D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar