Kamis, 23 Juli 2009

MANIAK ASURANSI

Saya hobi banget ikut asuransi. Mulai dari asuransi jiwa, kesehatan, mobil, pendidikan, sampai asuransi kebakaran rumah semua saya punya. Selain menabung, sepertinya saya juga maniak asuransi.. :-D

Padahal dulu waktu pertama kali ikut asuransi tahun 2000, alasannya nggak mutu banget; cuma menolong teman yang kerja di asuransi, yang waktu itu terancam PHK karena nggak memenuhi target penjualan. Saya mulai sadar asuransi saat Hugo, putra saya, lahir. Saat itu, saya dan suami baru memulai usaha penerbitan majalah. Belum mapan. Kami bahkan belum tahu prospek usaha yang kami tekuni di kemudian hari karena kami juga masih meraba-raba, masih belajar berwiraswasta.

Biar ke depannya biaya pendidikan Hugo lebih terjamin, saya mulai mencari asuransi pendidikan yang tepat untuk Hugo. Setelah membanding-bandingkan, pilihan saya jatuh ke sebuah produk asuransi pendidikan jangka panjang untuk menjamin ketersediaan biaya pendidikan Hugo dari TK sampai perguruan tinggi. Dengan ikut asuransi ini, kalau suatu ketika terjadi sesuatu pada orang tuanya, Hugo masih tetap bisa melanjutkan pendidikan tanpa khawatir masalah biaya.

Tahun 2003, premi tahunan yang saya bayarkan untuk asuransi pendidikan Hugo kurang lebih Rp 3,8 juta (sesuai dengan kemampuan saya saat itu). Manfaatnya, pada saat Hugo masuk SD ada uang yang bisa dicairkan sebesar Rp 5 juta; waktu Hugo masuk SMP uang cair Rp 10 juta; masuk SMA Rp 15 juta; lalu saat masuk perguruan tinggi Rp 70 juta. Asuransi pendidikan tersebut sudah termasuk asuransi jiwa dengan uang pertanggungan Rp… (wah, berapa ya? Lupa! Harus liat polisnya dulu nih..)

Saat polis asuransi sudah di tangan, barulah saya sadar kalau pada saat Hugo masuk SD tahun 2008 uang sejumlah Rp 5 juta terlalu kecil untuk dijadikan modal mendaftar di SD yang bagus. Saya lalu ikut tabungan pendidikan di sebuah bank, yang menuntut saya disiplin menabung Rp 500 ribu per bulan selama 3 tahun. Hasilnya, waktu Hugo masuk SD, saya tenang-tenang saja karena dana pendidikan sudah tersedia lebih dari cukup untuk membayar biaya pendaftaran, membeli seragam, buku dan perlengkapan sekolah lainnya. Malah ada sisanya yang akhirnya saya pakai untuk liburan sekeluarga hehe...

Urusan pendidikan beres, saya mulai memikirkan asuransi kesehatan untuk keluarga. Gara-garanya, suatu hari Hugo sakit dan harus dirawat di RS. Wah, puyeng deh. Soalnya selain memikirkan kesembuhan Hugo, saya masih harus pusing soal biaya rumah sakit yang nggak sedikit. Saya dan suami kan sama-sama wiraswasta, bukan karyawan kantoran yang punya fasilitas jaminan kesehatan dari perusahaan tempat bekerja. Kalau nggak ikut asuransi, siapa yang mau menjamin?

Seperti waktu mencari asuransi pendidikan Hugo, saya membandingkan beberapa produk dulu sebelum menjatuhkan pilihan. Saya memilih asuransi kesehatan dengan premi Rp 5,4 juta per tahun untuk kami bertiga (saya, suami, dan Hugo). Manfaatnya, kalau dirawat di RS kami mendapat jatah kamar seharga Rp 600 ribu per malam dan seluruh biaya pengobatan seperti kunjungan dokter, obat-obatan, tindakan operasi kalau diperlukan dan lain-lain ditanggung oleh pihak asuransi maksimum Rp 500 juta per tahun, per orang. Tapi kalau dalam setahun di antara kami bertiga nggak ada yang sakit, premi yang saya bayarkan hangus. Buang-buang uang? Nggak juga…

Buat saya punya asuransi seperti punya payung; melindungi kita dari panas dan hujan. Tapi kalau nggak panas atau hujan, nggak ada salahnya juga kan punya payung untuk berjaga-jaga? Beli payung aja harus modal kok... Lagian sekalinya masuk RS, biaya yang harus dikeluarkan bisa lebih dari Rp 5,4 juta. Waktu Hugo dirawat 5 hari di RS misalnya, biayanya kurang lebih Rp 6,3 juta. Lebih besar dari premi tahunan yang harus saya bayar tuh..

Saya ‘berkenalan’ dengan asuransi kendaraan awalnya karena beli mobil dengan cara kredit. Setelah kredit lunas, saya yang sudah merasakan manfaat asuransi ini meneruskan ikut asuransi dengan kesadaran sendiri. Begitu juga asuransi kebakaran rumah. Saya mengenalnya juga gara-gara beli rumah dengan cara kredit yang sampai sekarang belum lunas-lunas… :P

Terasa banget deh manfaatnya ikut berbagai asuransi. Hidup jadi lebih nyaman dan tenteram. Mobil diserempet angkot di jalan, saya tenang-tenang saja.. Kan ada asuransi. Tinggal dibawa ke bengkel dan klaim ke asuransi, beres deh.. Nggak perlu ngotot-ngototan sama sopir angkot, beberapa hari kemudian mobil sudah kembali ke garasi dalam kondisi mulus seperti baru..

Kalau saya yang sakit, saya malah untung. Kok bisa? Iya dong.. selain asuransi kesehatan yang saya ceritakan di atas, saya juga ikut semacam program tabungan kesehatan yang mengharuskan saya menabung Rp 240 ribu sebulan selama 7 tahun dan nggak boleh diambil selama masa itu. Kompensasinya, selama 7 tahun itu, kalau saya dirawat di RS, saya mendapat penggantian biaya kamar sebesar Rp 300 ribu, meskipun biaya itu sudah dicover asuransi kesehatan saya. Tinggal ngitung deh. Kalau saya dirawat di RS 1 hari berarti saya untung Rp 300 ribu, 2 hari Rp 600 ribu, 3 hari Rp 900 ribu dan seterusnya.

Kalau dirawat di RS, bukannya keluar biaya saya malah punya penghasilan tambahan. Tapi kalau disuruh milih saya pasti lebih senang sehat-sehat saja. Emang enak jadi pasien? :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar