Senin, 28 Februari 2011

PELUANG SEBETULNYA ADA DI MANA-MANA (3)

Saya pernah cerita di tulisan sebelumnya kalau toko dan studio musik saya terletak di tengah komplek perumahan. Soalnya kalau sewa tempat di pinggir jalan mahal! Dan sebagai pengusaha dengan modal pas-pasan, saya nggak kuat bayar sewa tempat mahal-mahal hehe..

Karena bikin tempat usaha di komplek perumahan, mau nggak mau saya jadi harus bersosialisasi dengan warga sekitar, misalnya dengan ikut arisan dan berbagai kegiatan warga lainnya. Kalau dibutuhkan saya juga nggak segan-segan memberikan bantuan yang berhubungan dengan alat musik. Saat pertemuan warga beberapa bulan yang lalu, misalnya. Waktu itu Ketua RT butuh ampli dan mic untuk pengeras suara. Ya sudah, saya pinjami saja dengan suka rela, toh saya memang punya. Saya juga mengirim salah satu karyawan toko untuk membantu memasang ampli dan mic di tempat yang diminta Ketua RT, dan belakangan karyawan saya malah diminta main gitar untuk mengiringi acara ramah tamah warga.

Saya ngapain di acara itu? Sebagai warga yang terbilang baru, saya langsung sok akrab memperkenalkan diri ke sana kemari.

“Saya yang buka usaha toko musik di pojokan itu lho, Bu..” ujar saya sambil senyum-senyum sok manis ke setiap warga yang saya hampiri. Tak lupa saya membagikan kartu nama dan berpesan, kalau di antara warga ada yang butuh alat musik ingatlah selalu pada saya, eh toko saya maksudnya.

“Nanti saya kasih diskon spesial deh buat tetangga,” janji saya tanpa malu-malu. Kayaknya jiwa marketing saya udah merasuk ke dalam dada, nembus sampai di ujung kepala deh. Dilepas di mana aja bawaannya jualan teruuuusss.. ^^

“Cuma jual alat musik aja ya, Bu?” Akhirnya ada juga ibu-ibu yang kecantol promosi saya.

“Oh, nggak.. ada studio rentalnya juga kok, Bu. Kalau anak Ibu pengen latihan band di tempat saya aja. Murah meriah. Lagian deket, cuma di depan situ. Disuruh jalan sendiri juga bisa, nggak usah dianterin..” Saya sendiri heran, sejak kapan saya punya kombinasi bakat merayu plus nggak tahu malu kayak gini. Soalnya sumpah, dulunya saya pemalu dan peragu banget lho!

“Bisa kursus juga nggak? Kursus gitar gitu..” tanya si ibu lagi.

Spontan saya menjawab, “Bisa, Bu. Bisa!” Saya nekat banget waktu jawab begitu. Soalnya, jujur aja nih, saya sama sekali belum buka kursus apa pun. Saya aja nggak bisa main gitar! Padahal untuk buka kursus kan harus ada guru yang mengajar, ada kurikulumnya, dan ada aturan mainnya. Tapi ada peluang di depan mata, masa dibiarkan lewat? :-D

“Anak saya mau dong kursus di tempat Ibu biar nggak usah jauh-jauh nganternya. Biaya kursusnya berapa? Sebulan berapa kali pertemuan? Bisanya di hari apa aja?” Nggak disangka-sangka si Ibu tadi mendadak bersemangat banget.

Nah lho! Lebih kacau lagi waktu ibu-ibu yang lain tiba-tiba ikut mengerubuti saya dan minta anaknya ikutan kursus di tempat saya. Wah, geger deh dunia persilatan hehe..

Tapi untunglah saya nggak kurang akal. Buru-buru saya ambil bolpen dan kertas lalu meminta ibu-ibu yang berminat mendaftarkan anaknya kursus gitar di tempat saya untuk menuliskan nama dan nomer telepon yang bisa dihubungi. “Nanti biar ditelepon sama gurunya langsung ya, Bu. Soalnya saya ngurusin majalah, nggak ngurusin toko dan kursus, jadi nggak begitu ngeh soal biaya dan aturan mainnya.” Pinter banget kan saya ngelesnya? :-p

Di akhir acara, totalnya ada 7 anak yang berminat kursus gitar di tempat kursus yang bahkan belum saya buat. Sepulangnya dari tempat itu, saya buru-buru menemui salah satu karyawan yang saya tahu memang sudah biasa menjadi guru privat gitar. Saya menawarkan kerja sama bagi hasil sambil mereka-reka berapa kira-kira biaya kursus yang pantas untuk permulaan. Kerja samanya saya rancang dalam waktu singkat; kewajiban saya menyiapkan ruangan untuk tempat kursus, menyiapkan gitar, mencari murid, mempromosikan tempat kursus ini, mengurus administrasi, dan membuat aturan mainnya. Sementara si guru kebagian jatah mengajar dan menyiapkan kurikulum pengajaran. Deal masalah bagi hasil, esoknya saya minta ia menghubungi ibu-ibu yang kemarin meninggalkan nomer teleponnya. Dan sekarang, tempat kursus saya sudah punya 17 murid dan 3 orang guru yang berpengalaman di bidangnya.

Siapa bilang cari peluang itu nggak gampang? ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar