Ini salah satu prinsip saya dalam mengelola uang. Sebelum memegang uang dalam jumlah besar, kita harus lebih dulu belajar menghargai uang kecil. Soalnya kita nggak akan bisa menabung sejuta atau seratus juta kalau nggak pernah mulai dari -katakanlah- sepuluh ribu. Kita nggak bakal bisa mencicil, contoh aja nih, rumah, kalau nggak pernah bisa disiplin menyisihkan sebagian penghasilan (kecuali dapet warisan, menang undian, atau udah kaya raya dari lahir :p)
Memang ada gunanya gitu kalau setiap bulan kita cuma bisa menyisihkan uang, misalnya, Rp 100 ribu? Ada dong... Awalnya mungkin jumlah yang kita kumpulkan terasa kecil: Rp 100 ribu x 12 bulan hasilnya Rp 1,2 juta. Hari gini, nggak nendang banget cuma punya uang segitu... Namun yang terpenting sebetulnya bukan berapa banyak yang berhasil kita kumpulkan, tapi bagaimana kita membiasakan diri untuk disiplin menabung. Kalau kita sudah bisa menyisihkan Rp 100 ribu sebulan, untuk berikutnya sudah nggak terlalu berat kalau kita harus menyisihkan Rp 200 ribu, misalnya. Kalau kita sudah pernah punya uang Rp 1 juta, sudah nggak terlalu sulit lagi bagi kita untuk mencapai Rp 2, 3, 4 atau 5 juta. Dalam hal ini saya percaya, kalau kita bisa setia pada hal-hal kecil, kita pasti akan diberi kepercayaan untuk mengelola hal-hal besar. Ini kalau menurut pengalaman saya lho...
Sekadar sharing, tahun 1999 gaji saya Rp 1 juta sementara gaji suami (yang saat itu masih berstatus pacar) Rp 1,5 juta. Dia mempercayakan seluruh pengelolaan uangnya pada saya. pokoknya tahu beres aja deh... :) Setelah dipotong biaya kost, transport pp ke kantor masing-masing, makan, beli pakaian dan kebutuhan lain-lain, plus dana untuk rekreasi dan biaya-biaya tak terduga, setiap bulan saya mampu menyisihkan minimal Rp 500 ribu untuk ditabung. Ya, waktu itu kami memang harus sedikit prihatin, tapi untungnya sih nggak sampai hidup di bawah garis kemiskinan hehe...
Tabungan itu nggak pernah kami utak-atik karena dari awal saya dan pacar sepakat menabung bersama untuk biaya menikah. Kalau salah satu dari kami dapat side job, uangnya langsung dimasukkan ke tabungan bersama tersebut. Februari 2001, saat akan menikah kami sudah memiliki tabungan kurang lebih Rp 25 juta. Jaman itu uang segitu cukup untuk menggelar resepsi di sebuah gedung di Bandung, dengan pesta yang menurut ukuran kami cukup bagus. Orang tua kami tinggal menutup sedikit kekurangan biaya, yang akhirnya berhasil kami kembalikan lagi dari angpau para undangan.
Saya yakin, kalau kita menabung untuk niat yang baik dan mau bekerja keras untuk mencapai hasil yang diharapkan, ada hal-hal di luar kuasa kita yang akan ikut bekerja mewujudkan impian kita. Kita nggak bisa terlalu matematis berhitung soal pengeluaran dan pendapatan kita. Kalau dipikir-pikir, nggak masuk akal banget kan gaji Rp 2,5 juta berdua, tapi menabung Rp 500 ribu sebulan dan dalam waktu kurang lebih 2 tahun bisa mengumpulkan Rp 25 juta? Tapi kalau kita niat dan yakin menjalaninya, saya percaya selalu ada jalan yang membuat kita tetap bisa menabung tanpa harus hidup sangat menderita. Sebaliknya, kalau nggak ditabung, berapa pun uang yang kita punya pasti akan habis juga tanpa terasa. Coba aja kalau nggak percaya!
Memang ada gunanya gitu kalau setiap bulan kita cuma bisa menyisihkan uang, misalnya, Rp 100 ribu? Ada dong... Awalnya mungkin jumlah yang kita kumpulkan terasa kecil: Rp 100 ribu x 12 bulan hasilnya Rp 1,2 juta. Hari gini, nggak nendang banget cuma punya uang segitu... Namun yang terpenting sebetulnya bukan berapa banyak yang berhasil kita kumpulkan, tapi bagaimana kita membiasakan diri untuk disiplin menabung. Kalau kita sudah bisa menyisihkan Rp 100 ribu sebulan, untuk berikutnya sudah nggak terlalu berat kalau kita harus menyisihkan Rp 200 ribu, misalnya. Kalau kita sudah pernah punya uang Rp 1 juta, sudah nggak terlalu sulit lagi bagi kita untuk mencapai Rp 2, 3, 4 atau 5 juta. Dalam hal ini saya percaya, kalau kita bisa setia pada hal-hal kecil, kita pasti akan diberi kepercayaan untuk mengelola hal-hal besar. Ini kalau menurut pengalaman saya lho...
Sekadar sharing, tahun 1999 gaji saya Rp 1 juta sementara gaji suami (yang saat itu masih berstatus pacar) Rp 1,5 juta. Dia mempercayakan seluruh pengelolaan uangnya pada saya. pokoknya tahu beres aja deh... :) Setelah dipotong biaya kost, transport pp ke kantor masing-masing, makan, beli pakaian dan kebutuhan lain-lain, plus dana untuk rekreasi dan biaya-biaya tak terduga, setiap bulan saya mampu menyisihkan minimal Rp 500 ribu untuk ditabung. Ya, waktu itu kami memang harus sedikit prihatin, tapi untungnya sih nggak sampai hidup di bawah garis kemiskinan hehe...
Tabungan itu nggak pernah kami utak-atik karena dari awal saya dan pacar sepakat menabung bersama untuk biaya menikah. Kalau salah satu dari kami dapat side job, uangnya langsung dimasukkan ke tabungan bersama tersebut. Februari 2001, saat akan menikah kami sudah memiliki tabungan kurang lebih Rp 25 juta. Jaman itu uang segitu cukup untuk menggelar resepsi di sebuah gedung di Bandung, dengan pesta yang menurut ukuran kami cukup bagus. Orang tua kami tinggal menutup sedikit kekurangan biaya, yang akhirnya berhasil kami kembalikan lagi dari angpau para undangan.
Saya yakin, kalau kita menabung untuk niat yang baik dan mau bekerja keras untuk mencapai hasil yang diharapkan, ada hal-hal di luar kuasa kita yang akan ikut bekerja mewujudkan impian kita. Kita nggak bisa terlalu matematis berhitung soal pengeluaran dan pendapatan kita. Kalau dipikir-pikir, nggak masuk akal banget kan gaji Rp 2,5 juta berdua, tapi menabung Rp 500 ribu sebulan dan dalam waktu kurang lebih 2 tahun bisa mengumpulkan Rp 25 juta? Tapi kalau kita niat dan yakin menjalaninya, saya percaya selalu ada jalan yang membuat kita tetap bisa menabung tanpa harus hidup sangat menderita. Sebaliknya, kalau nggak ditabung, berapa pun uang yang kita punya pasti akan habis juga tanpa terasa. Coba aja kalau nggak percaya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar