Salah satu event rutin Majalah GitarPlus yang saya buat namanya ‘GUITAR FOR FUN’. Acara ini. bertujuan merangkul para gitaris, peminat gitar dan pembaca Majalah GitarPlus untuk berkumpul bersama dan berbagi wawasan seputar gitar dengan suasana yang santai dan akrab. ‘GUITAR FOR FUN’ sudah pernah digelar di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan baru 18 Februari lalu di Bali, dengan menampilkan bintang tamu gitaris-gitaris ternama tanah air. Sesuai namanya, konsep acara ini ya untuk senang-senang aja, gabungan antara guitar clinic, talk show, guitar performance, dan games yang dikemas ringan dan menghibur.
Ngejam bareng di akhir acara
Waktu pertama bikin ‘GUITAR FOR FUN’, saya kesulitan cari sponsor yang mau men-support acara ini. Soalnya waktu itu kan belum ada contohnya acara ‘GUITAR FOR FUN’ ini seperti apa. Yang ada saya jadi harus keluar dana untuk biaya penyelenggaraan seperti sewa tempat, bayar honor gitaris yang jadi bintang tamu, bikin materi promosi, dan lain-lain. Tapi nggak apa-apa, namanya juga mau promosi, ya harus siap keluar biaya kan? Toh biaya yang saya keluarkan nggak sebesar kalau saya berpromosi dalam bentuk lain -pasang iklan di surat kabar atau billboard di pinggir jalan, misalnya. Tapi dampaknya dalam hal mendongkrak image dan popularitas GitarPlus sungguh terasa.
Setelah beberapa kali bikin acara serupa, mulai deh ada sponsor yang tertarik untuk membantu mendanai ‘GUITAR FOR FUN’ meskipun jumlahnya nggak besar. Nggak apa-apa, niat awal saya bikin acara seperti ini bukan untuk cari untung kok. Cukuplah asal semua biaya penyelenggaraan acara bisa tertutup, termasuk tiket pesawat, akomodasi, dan semua pengeluaran selama saya mempersiapkan acara ini.. Setidaknya kan saya bisa promosi majalah, liburan gratis, sekaligus dapat kesempatan belajar bikin acara. Untuk belajar sesuatu kan biasanya kita harus bayar. Nah, saya ibaratnya udah dikasih kesempatan belajar gratis, masih dapet bonus liburan pula! Senangnyaa.. :)
Gitaris pendukung acara Guitar For Fun Bali
Sukses bikin ‘GUITAR FOR FUN’ di Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta, saya tertantang untuk menyeberang pulau ke Bali. Alasannya, pembaca Majalah GitarPlus di pulau Dewata ini cukup banyak. Tapi yang lebih penting, saya udah cukup lama nggak ke Bali dan pengen liburan di tempat itu :-p
Gayung bersambut waktu saya menelepon gitaris asal Bali yang kebetulan merupakan salah satu pengasuh rubrik di Majalah GitarPlus. Saat saya melontarkan ide untuk bikin ‘GUITAR FOR FUN’ di Bali, ia langsung merespon dengan baik. “Kalau bisa bikinnya sebelum tanggal 21 Februari karena tanggal segitu saya mau tur keliling Amerika sampai April,” katanya.
Ia bahkan menawari saya untuk memakai rumahnya yang cukup luas sebagai tempat penyelenggaraan acara. Lewat obrolan di telepon, kami memutuskan untuk menetapkan Kamis, 17 Februari 2011 sebagai hari pelaksanaan acara. Awalnya sepertinya semua lancar nih.. ^^
Semangat saya makin menyala-nyala setelah beberapa distributor alat musik yang selama ini rajin ikut ‘GUITAR FOR FUN’ menyatakan kesediaan untuk kembali men-support acara ini. Langsung deh saya mempersiapkan segala sesuatunya, mulai mencari waktu yang tepat, mencocokkan jadwal gitaris yang akan jadi bintang tamu (fiuuhh.. nggak gampang lho menyatukan waktu kosong 7 gitaris beken yang semuanya punya jadwal super sibuk), termasuk mencari sponsor di luar distributor alat musik karena baru kali ini saya bikin ‘GUITAR FOR FUN’ di luar Pulau Jawa yang pastinya butuh biaya yang lebih banyak.
Singkat cerita, salah satu perusahaan rokok tertarik menjadi sponsor acara ini setelah baca proposal yang saya kirim via email. O ya, sebelumnya, perusahaan rokok ini juga sudah beberapa kali mensponsori ‘GUITAR FOR FUN’ dan acara saya yang lain, di kota yang lain juga. Saya diminta datang ke Bali untuk menjelaskan konsep acara ini. Ya sudah, sambil survey lokasi saya langsung terbang berdua suami ke Bali. Lumayan, bisa liburan bareng dua malam Tapi sampai di Bali ternyata saya disambut berita kurang menyenangkan. Sekitar tanggal 17 atau 18 Februari ternyata gitaris Bali ini dijadwalkan tampil bareng grupnya di Jakarta.
“Maaf lho, saya jadi nggak enak nih sama Mbak Intan,” ujarnya dengan nada menyesal. Ya sudah, mau bilang apa?
Berita buruk kedua, beberapa gitaris calon pengisi acara yang sudah saya hubungi sebelumnya tiba-tiba mengabari nggak bisa ikut karena 17 Februari ada acara lain yang nggak bisa ditinggalkan. Dari awal saya sadar sih kalau masing-masing gitaris itu punya komitmen untuk mendahulukan jadwal band. Tapi tetap saja saya kelimpungan waktu beberapa gitaris yang saya hubungi tiba-tiba mengabari kalau punya jadwal masing-masing di tanggal 17 Februari.
“Kalau tanggal 18-nya saya malah bisa, Mbak,” ujar salah satu gitaris yang saya hubungi untuk menjadi pengisi acara.
Saya tampung usulannya dan segera telepon sana-sini. Ternyata memang lebih banyak gitaris yang bisa di tanggal 18 Februari daripada di tanggal 17 Februari. Hari itu juga saya putuskan untuk pindah tanggal ke 18 Februari, meskipun keputusan itu bikin satu gitaris yang justru kosong di tanggal 17 Februari jadi batal tampil.
Masalah waktu dan gitaris pengisi acara beres, tinggal urusan venue nih. Rumah si gitaris Bali ini sebetulnya asyik dan nyaman. Tapi mana seru bikin acara kalau tuan rumahnya nggak ada di tempat? Gitaris Bali teman saya ini sempat menemani saya survey ke tempat lain sebagai alternatif. Tapi dengan berbagai pertimbangan dan hasil diskusi dengan tim saya di GitarPlus, akhirnya Hard Rock Café dipilih sebagai tempat penyelenggaraan acara. Nggak disangka-sangka, setelah venue saya pindahkan ke Hard Rock Café Bali, perusahaan rokok yang dari awal memang berminat mensponsori acara ini bersedia memaksimalkan nilai sponsorship yang diberikan Horeee! Masalah biaya penyelenggaraan acara teratasi deh.. ^_^
Saya lalu menyiapkan acara dengan lebih detil sampai hal sekecil-kecilnya. Mulai dari merangkul toko musik, radio, dan komunitas gitaris di Bali untuk ikut mendukung acara ini, pesan tiket pesawat, cari hotel tempat menginap, memilih menu makanan untuk panitia dan pengisi acara selama di Bali, sewa mobil, cetak materi promosi, menyiapkan doorprize, bikin run down acara, sampai mengatur jadwal penjemputan gitaris dari bandara ke venue mengingat 7 gitaris itu datang dengan pesawat dan waktu yang berlain-lainan. Karena sudah beberapa kali bikin acara serupa, saya sudah lebih siap dan terlatih mengatasi masalah-masalah yang terjadi, baik menjelang acara maupun saat acara berlangsung.
Yang nggak saya prediksi ternyata karakter orang Bali berbeda dengan orang-orang di daerah lain tempat saya pernah menggelar ‘GUITAR FOR FUN’. Poster dan brosur yang saya sebar untuk acara di Bali ini lima kal lipat lebih banyak daripada di kota lain dan saya sudah mati-matian mempromosikan acara baik lewat SMS, facebook, website, Blackberry Messenger dan Majalah GitarPlus tapi ternyata penonton yang datang nggak seperti yang diharapkan. Beberapa orang yang saya minta komentarnya tentang acara ini mengakui konsep acaranya bagus, penyelenggaraannya rapi, tempatnya mantap, dan bintang tamunya keren-keren. Tapi semua itu jadi terasa kurang berarti karena penontonnya sepi. Aduh, saya sedih banget! Terutama karena saya merasa sudah bikin para sponsor kecewa! :(
Dalam hidup, kadang kita nggak selalu memperoleh apa yang kita inginkan, meskipun kita sudah berusaha mati-matian untuk mengupayakannya. Jalan yang kita lewati nggak selalu mulus dan lurus. Adakalanya kita kesandung-sandung dan jatuh. Ada waktunya kita kecewa karena menemukan kenyataan tak seindah yang diharapkan. Bayangan saya, ‘GUITAR FOR FUN’ Bali ini bakal sukses dan jauh lebih rame dibandingkan di kota-kota lain karena saya sudah lebih berpengalaman menyelenggarakan acara semacam ini dan usaha yang saya lakukan untuk membuatnya berhasil juga sudah yang terbaik yang bisa saya buat. Tapi kenyataan berbicara lain. Dari hasil evaluasi dengan tim dan setelah mendengarkan saran serta pendapat dari berbagai pihak, saya jadi tahu letak kesalahan yang membuat ‘GUITAR FOR FUN’ kali ini kurang berhasil. Ternyata orang Bali nggak terbiasa datang ke acara siang-siang (saya bikin ‘GUITAR FOR FUN’ mulai dari jam 14.00 – 20.00 WITA) dan malas ke daerah Kuta karena jauh dan macet.
Tapi saya nggak mau kelamaan menyesali yang sudah terjadi. Dengan kerendahan hati saya minta maaf ke para sponsor dan menawarkan solusi untuk mengurangi kekecewaan mereka. Beres semua urusan dengan hasil win-win solution, saya nggak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk LIBURAN! Udah terlanjur ada di Bali gitu loooh.. Apalagi waktu itu Hugo saya bawa, jadi bisa liburan bareng sekeluarga kan..
Kok bisa-bisanya sih liburan padahal baru mengalami kegagalan? Ya bisalah! Kegagalan kan bukan untuk diratapi berkepanjangan. Bahkan orang paling hebat di dunia pun pasti pernah gagal, pernah jatuh. Saya percaya, seseorang dinilai bukan dari seberapa kali dia pernah jatuh, tapi dari bagaimana kesanggupannya untuk bangkit lagi setelah ratusan, bahkan ribuan kali jatuh. Dan kayaknya saya belum sampai ribuan kali jatuh, jadi ya belum kapok-kapok tuuuh.. hehe..